digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP Herdadi1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

Meningkatnya impor LPG di Indonesia membuat pemerintah mempromosikan DME sebagai salah satu alternatif pengganti LPG sebagaimana yang tertuang dalam Rancangan Umum Energi Nasional tahun 2017. DME dapat diproduksi dari berbagai bahan baku, salah satunya adalah biomassa sawit yang potensinya melimpah di Indonesia. Biomassa sawit tersebut berupa cangkang sawit, TKKS, dan pelepah sawit yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini ditempuh untuk menentukan biomassa sawit yang paling sesuai untuk bahan baku proses produksi DME, menentukan potensi produksi DME dari biomassa sawit tersebut, serta memberikan data teknis dan ekonomi mengenai produksi DME dari biomassa sawit. Penentuan biomassa sawit sebagai bahan baku proses produksi DME dilakukan dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan responden para akademisi dan praktisi di bidang bioenergi. Kajian mengenai aspek teknis dan keekonomian produksi DME dari biomassa sawit akan dilakukan dengan studi pustaka yang kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak. Metode sintesis DME yang digunakan dalam penelitian ini adalah sintesis langsung tanpa melalui pembentukan metanol sebagai senyawa antara. Hasil AHP menunjukkan bahwa TKKS adalah biomassa sawit yang paling sesuai untuk proses produksi DME. Dalam pemilihan tersebut, kriteria yang dianggap paling penting oleh responden adalah sifat ketersediaannya. Dengan hasil perhitungan yield sebesar 4,11 ton TKKS/ton DME dan radius pengumpulan biomassa sejauh 100 km berpusat di Kabupaten Kampar, didapatkan perkiraan produksi DME sebesar 1090 ton per hari. Dengan asumsi umur pabrik 20 tahun dan harga jual DME 12.083 IDR/kg-setaraLPG, bisnis ini diperkirakan akan ekonomis dengan IRR sebesar 10,08%. Total biaya kapital diperkirakan sebesar 990,37 USD2018 yang terdiri dari 29% untuk gasifikasi, 22% untuk utilitas, 13% untuk syngas upgrading, 13% untuk sintesis DME, dan 4% untuk pemurnian. Biaya manufaktur diperkirakan sebesar 7.142 IDR/kg-setara-LPG yang terdiri dari 39% untuk biaya kapital, 28% untuk biaya TKKS, 26% untuk biaya manufaktur tetap, dan sisanya untuk biaya katalis, pengolahan limbah, dan pajak. Risiko terbesar bisnis ini adalah kenaikan kurs dolar melebihi 15.905 IDR/USD dan penurunan harga LPG sampai dibawah 11.371 IDR/kg.