digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Analisis perubahan garis pantai di Tanjung Benoa pada tahun 2000-2016 dilakukan dengan teknologi penginderaan jauh dan diolah menggunakan Sistem Informasi Geospasial (SIG). Citra yang digunakan adalah data Landsat 7 tahun 2000 dan 2005 serta Landsat 8 tahun 2013 dan 2016. Daerah kajian penelitian merupakan daerah Pantai Tanjung Benoa yang dibagi menjadi 7 segmen. Pengolahan citra terdiri atas pemotongan, kalibrasi radiometrik, koreksi atmosferik, metode penajaman citra, serta koreksi pasang surut. Metode perhitungan jarak dan laju perubahan garis pantai dianalisis dengan pendekatan Net Shoreline Movement (NSM) dan End Roint Rate (EPR) menggunakan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gelombang pada daerah Tanjung Benoa dominan bergerak ke arah timur laut dengan tinggi gelombang rata rata sebesar 1,5-2 m sepanjang tahun dan merupakan faktor dominan dalam perubahan garis pantai. Secara umum Pantai Tanjung Benoa mengalami akresi (penambahan daratan) dengan jarak rata-rata sebesar 13,39 m dengan laju sebesar 0,85 m/tahun dalam rentang waktu 2000-2016 dan termasuk ke dalam kategori sedang pada indeks erosi/gerusan perubahan garis pantai. Akresi pada daerah kajian Pantai Tanjung Benoa tahun 2000-2016 sebesar 7,07 ha. Untuk luasan abrasi (pengikisan daratan) yang terjadi di daerah Pantai Tanjung Benoa tahun 2000-2016 sebesar 6,14 ha. Sebelum pembangunan groin dan pengisian pasir, pada tahun 2000-2005 terjadi abrasi dengan jarak rata-rata sebesar 15,96 m. Setelah pembangunan groin dan pengisian pasir terjadi penurunan abrasi. Terjadi abrasi dengan jarak rata-rata sebesar 7,5 meter pada periode 2005-2013, serta sebesar 4,75 meter pada periode 2013-2016.