Jalur subduksi yang terdapat pada selatan Pulau Jawa memiliki potensi untuk terjadinya perulangan gempa bumi besar bawah laut yang dapat menimbulkan terjadinya tsunami. Untuk itu diperlukan adanya penelitian endapan paleotsunami untuk mengetahui siklus tsunami yang telah terjadi di pesisir selatan Pulau Jawa. Daerah Ciracap dipilih untuk mengkorelasikan keterdapatan endapan paleotsunami yang telah dilakukan sebelumnya seperti di Banten, Pangandaran, dan Cilacap. Penelitian dilakukan pada sampel bor tangan dengan kode UG-05 sepanjang 326 cm. Identifikasi karakteristik endapan paleotsunami didapatkan dengan melakukan analisis laboratorium berupa analisis besar butir (granulometri), analisis X-ray fluorescence (XRF) dan analisis foraminifera.
Hasil analisis terhadap sampel menunjukan adanya dua lapisan paleotsunami yang diendapkan di lingkungan swale (cekungan diantara dua pematang). Lapisan tersebut berada pada kedalaman 235 cm – 257 cm dan 190 cm – 199 cm ditandai dengan kontak erosional dengan lapisan dibawahnya. Berdasarkan analisis besar butir, endapan paleotsunami I memiliki tebal 22 cm, berwarna abu-abu gelap, berukuran 4,317 phi – 2,015 phi (lanau sangat kasar – pasir halus). Nilai sortasi 1,709 phi – 2,662 phi (buruk – sangat buruk), nilai kurtosis 0,736 phi – 2,134 phi (symmetrical – very leptokurtic), nilai skewness 0,043 phi – 0,649 phi (symmetrical – very fine skewed) dan kurva distribusi frekuensi bimodal. Sedangkan endapan paleotsunami II memiliki tebal 9 cm, berwarna coklat, berukuran 2,784 phi – 4,725 phi (lanau sangat kasar – pasir halus), nilai sortasi 2,526 phi – 2,810 phi (sangat buruk), nilai kurtosis 0,712 phi – 0,896 phi (platykurtic), nilai skeweness 0.017 phi - 0.488 phi (symmetrical – very fine skewed) dan kurva distribusi frekuensi bimodal. Analisis XRF menunjukan kandungan unsur Ca dan Sr pada lapisan paleotsunami I dan II melimpah dibandingkan dengan lapisan non- kandidat paleotsunami. Nilai rata-rata unsur Ca pada lapisan kandidat paleotsunami I dan II adalah 102975,50 ppm dan 91526,13 ppm serta nilai unsur Sr rata-rata 893,22 ppm dan 875,34 ppm. Hal tersebut menunjukan bahwa lapisan tersebut mengandung material yang berasal dari laut. Kelimpahan foraminifera pada lapisan paleotsunami I sangat melimpah, ditemukan 16 spesies foraminifera planktonik dan 14 spesies foraminifera bentonik baik dalam kondisi utuh maupun pecah-pecah. Sementara kelimpahan foraminifera pada lapisan paleotsunami II cukup melimpah, ditemukan 13 spesies foraminifera planktonik dan 8 spesies foraminifera bentonik dengan kondisi utuh maupun dalam kondisi pecah-pecah. Hal tersebut mengindikasi meterial sumber endapan tsunami berasal dari laut.