digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Delta Mahakam adalah salah satu perairan di Kalimantan yang mengalami sedimentasi cukup besar khususnya di daerah pesisir yang merupakan daerah Case II Water. Akibatnya pendeteksian klorofil-a dari satelit di daerah tersebut tidak cukup baik. Hal ini diakibatkan sedimen dan klorofil-a mempunyai rentang spektrum cahaya yang sama, yaitu hijau-biru sehingga dilakukan penelitian dengan menggunakan satelit fluorescence dengan spektrum merah sebagai alternatif cara mendeteksi sebaran klorofil-a lebih baik. Penelitian ini menggunakan data fluorescence dalam bentuk NFLH (Normalized Fluorescence Line Height) data Level 3 Aqua-MODIS dengan resolusi 4 km (bulanan) sepanjang tahun 2015. Terlihat bahwa ada hubungan secara temporal antara sebaran fluorescene dengan klorofil-a akibat dari sifat unik fluorescence yang hanya dimiliki klorofi-a. Secara temporal, daerah dekat pesisir (Case II Water) mempunyai korelasi fluorescence dan klorofil-a cukup tinggi, sedangkan titik yang jauh dari pesisir dan mempunyai kedalaman lebih dari -2000 m mempunyai korelasi yang kecil. Dilihat dari pnegaruh musiman, saat musim penghujan khususnya bulan Januari hingga Maret terjadi peningkatan konsentrasi dari sensor klorofil-a dibandingkan dengan konsentrasi klorofil-fluorescence, hal ini akibat dari banyaknya sedimen yang masuk ke perairan dan adanya pengadukan kolom air. Fluorescence cukup baik dalam pendeteksian klorofil-a tanpa terganggu oleh sedimen khususnya saat musim hujan dan di daerah Case II Water. Sebaran fluorescence dipengaruhi beberapa faktor , yaitu curah hujan dan PAR. Nilai korelasi fluorescence dan curah hujan > 0,4 pada daerah muara sungai sedangkan korelasi dengan PAR mempunyai nilai negatif untuk daerah sepanjang pesisir.