Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia
akibat tidak mencukupinya sekresi atau kerja insulin, maupun keduanya sekaligus.
Keadaan hiperglikemia kronis pada diabetes melitus dapat mengakibatkan
kerusakan jangka panjang serta disfungsi dan kegagalan sejumlah organ, khususnya
mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah.
Ekstrak tumbuhan Centella asiatica atau pegagan telah terbukti memiliki aktivitas
antidiabetes baik secara empiris maupun pada pengujian menggunakan hewan
percobaan. Namun demikian, masih diperlukan penyelidikan lanjut untuk
mengetahui senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antidiabetes
tersebut. Lebih jauh, juga perlu diselidiki bagaimana mekanisme senyawa tersebut
dalam menurunkan kadar glukosa darah, serta bagaimana profil keamanan
penggunaannya sebagai bahan obat.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan fraksi dan senyawa aktif antidiabetes
dalam ekstrak daun pegagan, mendapatkan mekanisme kerja dari senyawa tersebut,
serta mendapatkan profil keamanan dari fraksi aktif. Untuk mencapai tujuan ini,
rangkaian penelitian dirancang sebagai berikut: pemisahan fraksi mengandung
saponin dan non saponin dari ekstrak etanol daun pegagan; pengujian aktivitas
antidiabetes in vitro dengan metode inhibisi enzim alfa amilase, inhibisi enzim alfa
glukosidase, dan inhibisi glikasi; pengujian aktivitas antidiabetes in vivo dari
ekstrak, fraksi-fraksi serta senyawa saponin asiatikosida dengan metode tes
toleransi glukosa oral, metode induksi aloksan dan metode induksi resistensi insulin
dengan makanan tinggi lemak-karbohidrat pada hewan uji (seluruh pengujian in
vivo dilakukan dengan dosis bertingkat, ekstrak pada dosis 125, 250 dan 500 mg/kg,
fraksi-fraksi pada dosis 75, 150 dan 300 mg/kg, asiatikosida pada dosis 1,4, 2,8 dan
5,6 mg/kg); serta uji toksisitas akut dan sub kronis dengan dosis berulang selama
28 hari terhadap fraksi aktif antidiabetes.
Uji aktivitas secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi mengandung
saponin serta senyawa asiatikosida dari daun pegagan bekerja aktif sebagai
antidiabetes. Dari uji penghambatan aktivitas enzim alfa glukosidase didapatkan
IC50 masing-masing bahan tersebut berturut-turut adalah sebesar 372,5, 175,5 dan
14,6 µg/ml, sementara IC50 pada uji penghambatan aktivitas enzim alfa amilase
masing-masing sebesar 266,8, 173,8 dan 30,2 µg/ml. Pada pengujian dengan
metoda anti glikasi tidak terdeteksi aktivitas penghambatan dari ketiga bahan uji
tersebut.
Pada tes toleransi glukosa oral didapatkan ekstrak etanol, fraksi mengandung
saponin dan asiatikosida menekan peningkatan kadar glukosa darah secara
signifikan mulai menit ke-15 hingga 60 setelah pembebanan glukosa. Peningkatan
kadar glukosa di menit ke-15, 30 dan 60 setelah pembebanan glukosa pada
kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg adalah sebesar 68%, 57% dan 8%, pada
kelompok fraksi mengandung saponin dosis 300 mg/kg sebesar 94%, 92%, dan
11%, serta pada kelompok asiatikosida dosis 5,6 mg/kg sebesar 92%, 79% dan 7%,
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mengalami peningkatan kadar
glukosa sebesar 169%, 124% dan 65% dari kadar awal sebelum pembebanan.
Pada hewan diabetes yang diinduksi aloksan didapatkan ekstrak, fraksi
mengandung saponin dan senyawa asiatikosida menurunkan kadar glukosa darah
dan HbA1c serta meningkatkan kadar insulin secara signifikan meskipun tidak
memperbaiki kerusakan pada pulau langerhans organ pankreas. Penurunan kadar
glukosa secara signifikan dimulai setelah 14 hari pemberian sediaan pada seluruh
dosis uji. Penurunan kadar glukosa darah puasa setelah 21 hari pemberian sediaan
uji pada kelompok ekstrak paling tinggi ditunjukkan oleh dosis 500 mg/kg sebesar
21%, kelompok fraksi mengandung saponin pada dosis 300 mg/kg sebesar 9% serta
kelompok asiatikosida dosis 5,6 mg/kg sebesar 23% dari kadar glukosa sebelum
pemberian sediaan. Penurunan kadar HbA1c secara signifikan dibanding kelompok
kontrol hanya terjadi pada kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg, fraksi mengandung
saponin dosis 300 mg/kg, serta asiatikosida dosis 5,6 mg/kg yaitu sebesar 2,04,
2,01, dan 2,11 ng/ml, dibandingkan kadar HbA1c pada kelompok kontrol sebesar
2,76 ng/ml. Peningkatan signifikan kadar insulin terdeteksi pada kelompok ekstrak,
fraksi mengandung saponin dan asiatikosida pada seluruh dosis. Kadar insulin
tertinggi didapatkan dari kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg yaitu 19,4 µIU/ml,
kelompok fraksi mengandung saponin dosis 300 mg/kg sebesar 24,8 µIU/ml, dan
kelompok asiatikosida dosis 5,6 mg/kg sebesar 27,8 µIU/ml dibanding kelompok
kontrol sebesar 7,28 µIU/ml. Sementara itu, tidak didapatkan peningkatan jumlah
pulau Langerhans maupun perubahan bentuk dan ukurannya setelah perlakuan
dengan bahan uji.
Pada model hewan resisten insulin yang diinduksi dengan makanan tinggi lemak
dan karbohidrat, penurunan kadar glukosa dan HbA1c serta kenaikan nilai
konstanta tes toleransi insulin hanya terlihat pada ekstrak dan fraksi mengandung
saponin, sementara senyawa asiatikosida tidak menunjukkan aktivitas tersebut
meskipun asiatikosida dapat mengurangi deposit lemak yang mengelilingi hepatosit
jaringan hati hewan uji. Penurunan kadar glukosa darah secara signifikan dimulai
sejak 7 hari pemberian sediaan. Penurunan tertinggi yang diukur pada hari ke-21
ditunjukkan oleh kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg yaitu sebesar 26%, serta
kelompok fraksi mengandung saponin dosis 300 mg/kg sebesar 25% dari kadar
glukosa awal. Setelah 21 hari pemberian sediaan juga terjadi peningkatan nilai
konstanta tes toleransi insulin secara signifikan pada kelompok ekstrak dan fraksi
mengandung saponin, dimana peningkatan konstanta tes toleransi insulin pada
kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg adalah sebesar 25%, sementara pada fraksi
mengandung saponin dosis 300 mg/kg sebesar 24% dari nilai konstanta tes toleransi
insulin awal. Penurunan kadar HbA1c secara signifikan juga terjadi setelah 21 hari
pemberian ekstrak dan fraksi mengandung saponin pada seluruh dosis. Kadar
HbA1c terendah ditunjukkan oleh ekstrak dosis 250 mg/kg sebesar 1,82 ng/ml dan
fraksi mengandung saponin dosis 150 mg/kg sebesar 1,79 ng/ml, dibanding kadar
HbA1c kelompok kontrol sebesar 2,25 ng/ml. Sementara itu, hasil pengamatan
histologis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak, fraksi mengandung saponin,
serta asiatikosida mengurangi deposit lemak pada hepatosit jaringan hati.
Hasil uji toksisitas akut oral terhadap fraksi mengandung saponin yang merupakan
fraksi aktif antidiabetes menunjukkan bahwa LD50 dari fraksi tersebut lebih besar
daripada 5000 mg/kg. Sementara hasil uji toksisitas sub kronis oral dengan metode
dosis berulang selama 28 hari menunjukkan bahwa secara umum fraksi
mengandung saponin tidak mengakibatkan perubahan signifikan pada parameterparameter yang diamati. Meskipun terjadi perubahan dari beberapa parameter
hematologi pada hewan betina yaitu angka mean corpuscular hemoglobin
concentration (MCHC) kelompok dosis 500, 1000 mg/kg dan satelit kontrol,
dengan nilai 22, 20, dan 32 g/dl dibanding nilai kelompok kontrol sebesar 29 g/dl
serta penurunan jumlah platelet kelompok dosis 500 dan 1000 mg/kg dengan nilai
310 ribu dan 289 ribu platelet per mm
3
dibanding nilai kelompok kontrol sebesar
435 ribu platelet per mm
3
, namun nilai dari parameter-parameter tersebut masih
dalam batas nilai normal.
Hasil penelitian in vitro maupun in vivo ini menunjukan bahwa ekstrak etanol daun
pegagan memiliki aktivitas antidiabetes dengan mekanisme menghambat enzim
alfa amilase dan alfa glukosidase, meningkatkan kadar hormon insulin, dan
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin. Fraksi mengandung saponin merupakan
fraksi aktif antidiabetes dalam daun pegagan, dan senyawa asiatikosida merupakan
salah satu senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antidiabetes
tersebut. Mekanisme kerja paling dominan dari fraksi mengandung saponin sebagai
antidiabetes adalah meningkatkan sensitifitas terhadap insulin, selain itu fraksi ini
juga meningkatkan kadar insulin serta menghambat aktivitas enzim alfa amilase
dan alfa glukosidase, sementara senyawa asiatikosida lebih dominan menghambat
aktivitas enzim alfa amilase, disamping juga menghambat aktivitas enzim alfa
glukosidase dan meningkatkan kadar hormon insulin. Fraksi mengandung saponin
termasuk ke dalam kategori zat praktis tidak toksik dengan LD50 lebih besar dari
5000 mg/kg dan tidak mengakibatkan gejala toksisitas pada pemberian oral dosis
berulang selama 28 hari.