digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kekeringan di kabupaten Blora khususnya di desa Jepon menjadi masalah setiap tahun saat musim kemarau. Observasi lapangan yang dilakukan pada periode Februari 2017 berupa pengukuran muka air tanah (MAT), pengukuran sifat fisik dan kimia sebanyak 21 titik di sumur warga serta 5 sungai, uji laboratorium sebanyak 11 titik, pemboran dangkal sebanyak 8 titik, ditambah dengan pengukuran neraca air memberikan gambaran kondisi hidrogeologi dan potensi imbuhan daerah penelitian. Daerah penelitian tersusun atas empat formasi, yaitu Formasi Lidah, Formasi Mundu, Formasi Ledok, dan Formasi Wonocolo. Akuifer di daerah penelitian adalah lapisan hasil pelapukan batuan sedimen yang termasuk pada Formasi Lidah dan Formasi Mundu. Peta arah aliran air tanah menunjukkan bahwa arah aliran di desa Jepon umumnya dari arah timur laur ke barat daya dengan kontrol utamanya adalah kondisi morfologi dan topografi. Akuifer daerah penelitian merupakan akuifer bebas (unconfined aquifer) dengan kedalaman muka air tanah antara 1-8,2 m diperkuat dengan hasil nilai bikarbonat dan tingkat pencemaran bakteri coliform. Airtanah di daerah penelitian berasal dari air meteorik, sehingga masih digolongkan pada air fresh water. Kondisi akuifer yang berupa hasil lapukan batuan sedimen karbonat dan/atau karbonatan, menyebabkan kandungan TDS dan bikarbonat dalam air tanah tinggi. Curah hujan yang terjadi di Blora, Cepu memiliki besaran rata-rata 136.5 mm/bulan atau 1600 mm/tahun. Dengan evapotranspirasi sebesar 977 mm/tahun, runoff 800 mm/tahun dan infiltrasi sebesar 320 mm/tahun. Besarnya water storage yang berasal dari curah hujan sebesar 800 mm/thn dengan kondisi water surplus pada periode Oktober sampai Juni. Rain Harvesting bisa membantu memenuhi kebutuhan air untuk keperluan MCK per bulan sebesar ± 30.47%.