digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Amaelia Putri.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi semakin meningkatkan tekanan pada sumber daya air tawar, khususnya di kawasan perkotaan, yang berpotensi memicu risiko kelangkaan air. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan pendekatan studi kasus di gedung hotel. Sebanyak 15 skenario pemanfaatan air daur ulang disimulasikan untuk dua kondisi: pertama, jika gedung hanya menggunakan sistem Rainwater Harvesting (RWH), dan kedua, jika gedung hanya menggunakan sistem Greywater Recycling (GWR). Dari berbagai skenario yang diujikan, dipilih 6 skenario pemanfaatan yang tidak dapat dipenuhi oleh sistem RWH untuk disimulasikan dengan menerapkan sistem Hybrid RainwaterGreywater (HRG). Simulasi dilakukan dengan menggunakan algoritma Yield After Spillage (YAS) dan Yield Before Spillage (YBS) yang dikodekan dalam bahasa pemrograman Python versi 3.10.12. Setiap skenario dan sistem juga dinilai berdasarkan perolehan skor Water Conservation (WAC) Greenship. Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem RWH hanya reliable untuk 4 skenario tertentu, dengan penghematan air maksimum mencapai 9,2%, dan skor WAC Greenship berkisar antara 1-4 poin untuk gedung terbangun (GEB) dan 3-6 poin untuk gedung baru (GNB). Sistem GWR dapat digunakan untuk semua skenario, mencapai penghematan air maksimum hingga 33,4%, dan memperoleh skor WAC Greenship antara 1-9 poin (GEB) dan 1-10 poin (GNB). Sistem HRG didesain reliable untuk seluruh skenario terpilih dengan penghematan air maksimum hingga 33,4%, dan memperoleh skor WAC Greenship antara 6-9 poin (GEB) dan 9-14 poin (GNB). Berdasarkan penilaian reliabilitas sistem, kebutuhan infrastruktur, dan skor WAC Greenship, direkomendasikan bagi gedung terbangun untuk menerapkan sistem GWR atau HRG, sementara untuk gedung baru, penerapan sistem HRG lebih disarankan.