Pada tahun 2016, Institut Teknologi Bandung (ITB) meresmikan kampus Cirebon
sebagai salah satu program pengembangan multikampus. Hal ini mengakibatkan
jumlah penduduk yang berdomisili di sekitar kampus dan kebutuhan air untuk kegiatan
sehari-hari bertambah. Sementara itu, pengetahuan tentang kondisi dan kualitas
airtanah masih sangat terbatas, dikarenakan penelitian tentang airtanah di daerah
tersebut masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang kondisi
dan kualitas airtanah di daerah tersebut. Daerah penelitian terletak di Desa Kebonturi,
Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Luas daerah penelitian
adalah 4,3 km2
dengan jarak sekitar satu kilometer dari area kampus Cirebon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, arah aliran
airtanah, karakteristik dan kualitas airtanah di Desa Kebonturi dan sekitarnya. Metode
yang digunakan yaitu pengamatan sumur galian, pengukuran muka air tanah (MAT),
dan sampling airtanah (pH, TDS, daya hantar listrik, kadar garam, warna, bau, rasa,
dan temperatur). Terdapat 36 sampel airtanah dan 8 penampang geolistrik yang
digunakan dalam penelitian ini. Sampel airtanah terdiri dari 21 sampel sumur bor, 13
sampel sumur galian, dan 2 sampel air panas. Kemudian, sepuluh sampel diantaranya
dilakukan analisis lebih lanjut di laboratorium untuk memperoleh konsentrasi ion
utama, fluorida, dan kesadahan.
Berdasarkan penampang geolistrik, lapisan bawah permukaan didominasi oleh
lapisan/material yang terdiri dari pasir bercampur dengan lempung, dapat menyimpan
air dalam jumlah yang terbatas. Terdapat tiga titik saran lokasi pengeboran airtanah
dan arah aliran airtanah diperkirakan bergerak ke timur berdasarkan peta persebaran
muka airtanah (MAT). Analisis dan interpretasi geokimia airtanah dilakukan dengan
menggunakan diagram Piper dan diagram Kloosterman. Berdasarkan diagram Piper,
fasies airtanah pada daerah penelitian terbagi menjadi lima fasies yaitu fasies nondominan bikarbonat, fasies natrium sulfat, fasies non-dominan sulfat, fasies natrium
klorida, dan fasies campuran. Berdasarkan diagram Kloosterman, airtanah pada daerah
penelitian terbagi menjadi lima tipe hidrokimia yaitu tipe II (air semi-karbonat), tipe
IV (air sulfat), tipe Va, tipe VI (intrusi), dan zona campuran. Berdasarkan analisis
parameter fisik dan kimia airtanah, airtanah pada daerah penelitian dinilai tidak layak
untuk diminum secara langsung tanpa penanganan terlebih dahulu. Selain itu, terdapat
sumber mata air panas yang berjarak sekitar 6,4 km dari daerah penelitian,
diperkirakan tidak memberikan pengaruh terhadap sistem airtanah pada daerah
penelitian.