Cekungan Penyu merupakan Cenozoic rift basin yang merupakan bagian dari Sunda Microplate yang dilandasi oleh continental lithosphare. Hasil pemetaan struktur basement pada Cekungan Penyu mengindikasikan adanya tiga sub bagian cekungan yaitu Cherating, Jemaja Timur dan Jemaja Barat. Cekungan Penyu merupakan bagian dari Cekungan Natuna Barat yang merupakan cekungan lisu intra-kontinen dari paparan Sunda berumur Eosen yang terdiri dari lisu-lisu setengah graben berarah relatif timurlaut-baratdaya.
Sejak tahun 1972 telah dilakukan pengeboran 24 sumur dengan target perangkap antiklin pada wilayah Indonesia dan wilayah Malaysia. Namum hasil dari pengeboran tidak terlalu menggembirakan dengan tingkat kegagalan hampir 80%. Pengujian perangkap pada umur oligocene dilakukan dengan pengeboran 5 sumur dengan hasil 3 sumur gagal dan 2 sumur berhasil menemukan Hidrocarbon. (HC)Pada tahun 2010dilakukan pengujian terhadap play synrif pada cekungan penyu di wilayah Malaysia pada sumur Arby-1 dan berhasil menemukan HC. Keberhasilan sumur Arby-1
membuka peluang untuk pencarian target eksplorasi pada interval synrift pada cekungan penyudi wilayah Indonesia. Untuk menunjang hal tersebut, maka diperlukan studi mengenai perkembangan cekungan rift dan identifikasi potensi play hidrokarbon sehingga dapat mendapatkan target eksplorasi yang maksimal .
Dari hasil analisis yang dilakukan sebelumnya diketahui 5 tahapan perkembangan cekungan pada dalam kaitannya dengan tektonostratigrafi, yaitu interval early syn-rift, interval mid syn-rift,interval late syn-rift, fase immediate post-rift, dan fase late post-rift.
Pada penelitian ini dibatasi pada interval syn rift.Untuk mengetahui batas-batas tektonostratigrafi dilakukan dengan analisa pada data seismik 3D Pre Stack Time Migration (PSTM ) seluas 450 sqkm yang di survei dan di process pada tahun 2012. Analisa yang dilakukan adalah dengan melihat karakter dari seismik sehingga
mendapatkan ciri-ciri fasies seismik untuk tiap-tiap interval .
Hasil analisa pada data seismik interval early syn-rift memiliki ciri pada seismik berupa fasies seismik aggradasi pada sisi dekat fault,downlap terhadap pre-rift, hummocky dan menipis pada flexture margin. Interval mid syn-rift memperlihatkan fasies aggradasi,
retogradasi dan tampak perubahan fasies dari reflektor yang kuat menjadi reflektor yang lemah. Interval late syn-rift sebagai interval terakhir yang dipengaruhi oleh pergerakan sesar utama memperlihatkan karakter seismik oblique-shingled dan chaotic.
Peta ketebalan antara early syn-rift dan pre-rif , mid syn-rift dan early syn-rift dan antara mid syn-rift dan late syn-rift dibuat setelah dilakukan pembuatan peta waktu dan peta kedalaman. Hasil peta ketebalan diharapkan dapat dilihat bentuk bentuk lingkungan
pengendapan.
Pemodelan Geofisika (Inversi) dibuat dengan pembuatan model dengan menggunakan data log sonic , density dari sumur Arby-1, Kelud-1 dan Ratai-1 , data horison pada masingmasing interval (early syn-rift ,mid syn-rift dan late syn-rift) dan 3D seismik PSTM. Dilakukan validasi antara hasil inversi seismik yaitu data akustik impedance (AI) dengan sumur Ratai-1 dan dalam penelitian ini mempunyai hasil yang bagus dengan tingkat
korelasi yang cukup bagus.
Peta AI dibuat dengan melakukan extraksi pada masing-masing interval. Dari hasil peta AI tersebut didapatkan lingkungan pengendapan dan distribusi reservoar pada interval synrift, mid syn-rift dan late syn-rift.