digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kejadian bencana banjir bandang adalah bencana hidrometeorologi yang paling merusak di dunia. Daerah di Indonesia yang banyak sekali dilingkup pegunungan dan curah hujan yang relatif tinggi dapat memicu terjadinya banjir bandang. Kurangnya jaringan observasi pengukur curah hujan di Indonesia menjadi salah satu kendala untuk mengetahui curah hujan yang terjadi dilapangan. Sehingga akan sangat sulit menganalisis kejadian pasca banjir yang terjadi sangat cepat seperti banjir bandang yang terjadi di Ciwidey kabupaten Bandung Barat. Perkembangan tekonologi berupa radar cuaca penangkap curah hujan dan survei penampang melintang sungai (cross section survey) dari jejak banjir dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Hidrograf satuan sintetis ITB-1 (HSS ITB-1) dapat digunakan untuk mengetahui volume hidrograf banjir sehingga bisa menjadi informasi untuk nilai hujan efektif (limpasan permukaan) yang menjadi pemicu kejadian banjir bandang. Hasil debit maksimum (Qp) diperoleh nilai 121,3 m3/detik dengan hujan efektif yang jatuh di atas DAS adalah 16,94 mm/jam dalam rentang waktu 5 jam. Intensitas hujan efektif dengan luasan hujan terluas adalah 85,3 mm/jam dengan luasan 31,52% dari luasan DAS.