Pulau Sumatra merupakan wilayah yang sering mengalami permasalahan banjir
bandang. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian
banjir bandang di Sumatra tahun 2011–2021 terdapat 190 kejadian.
Ketidakstabilan atmosfer mempengaruhi curah hujan ekstrem yang dapat memicu
terjadinya banjir bandang. Namun, kajian mengenai peningkatan curah hujan
ekstrem dan kondisi atmosfer terhadap peningkatan banjir bandang belum banyak
dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi atmosfer yang terjadi ketika curah hujan ekstrem dan banjir
bandang di Sumatra pada tahun 2011–2021.
Penelitian ini menggunakan metode Generalized Extreme Value (GEV) untuk
menghitung ambang batas nilai curah hujan pada periode ulang tertentu sesuai
dengan titik centroid kejadian banjir bandang. Data Global Precipitation
Measurement (GPM) digunakan untuk menghitung nilai curah hujan ekstrem.
Data Reanalysis ERA5 untuk menghitung parameter proksi yaitu Convective
Available Potential Energy (CAPE), Convective Inhibition (CIN), k-indeks,
jumlah total uap air, kelembapan spesifik, kelembapan relatif, kecepatan angin,
low-level wind shear, dan deep-layer wind shear. Tiga kategori digunakan untuk
mengidentifikasi ambang batas dari setiap parameter proksi dan dipilih yang
sensitif dalam mengidentifikasi pemicu curah hujan ekstrem dan banjir bandang.
Hasil penelitian ini selama 2011–2021 di Pulau Sumatra setidaknya terjadi 93
kejadian banjir bandang yang umumnya terjadi pada periode musim MAM
(Maret-April-Mei). Parameter K-Indeks (? 28,3 ?) atau Jumlah Total Uap Air (?
39,67 kg/m2) merupakan parameter proksi yang sensitif dalam mengidentifikasi
pemicu curah hujan ekstrem dan banjir bandang daripada parameter Convective
Available Potential Energy (CAPE), Convective Inhibition (CIN), kelembapan
spesifik, kelembapan relatif, kecepatan angin di level 700 hPa, low-level wind
shear, dan deep-layer wind shear. Persentase parameter K-Indeks dan Jumlah
Total Uap Air terhadap kejadian banjir bandang secara berturut-turut yaitu 81,5%
dan 77,7% kejadian.