Meskipun memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi negara, Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah memiliki kesulitan untuk bertahan di lingkungan
bisnis yang keras. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) terutama mengalami kesulitan
dalam menghadapi lingkungan persaingan yang tinggi karena ukurannya yang kecil
mereka kekurangan sumber daya, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mengatasi
kendala dalam perkembangannya, mereka tidak lagi dapat bergantung pada
kapasitas dan kemampuan mereka sendiri. Sehingga, kolaborasi dengan UMK
lainnya telah menjadi sarana untuk mengkompensasi kekurangan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena hubungan bisnis
kolaboratif antara UMK dalam industri makanan dan minuman yang berlokasi di
Bandung, Indonesia. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara semiterstruktur
digunakan dalam penelitian ini karena memungkinkan peneliti untuk
melakukan analisis pemahaman yang mendalam. Hasil dari penelitian ini
menemukan bahwa kolaborasi terjadi karena UMK kekurangan dana dan motif
pemasaran. Keuntungan dalam berkolaborasi adalah pengurangan risiko,
mendapatkan akses ke pasar yang lebih besar, dan menghasilkan lebih banyak
keuntungan. Komunikasi, proses pencocokan, dan komitmen sebagai tantangan
dalam berkolaborasi.