digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jalan nasional ruas Tawaeli-Toboli adalah jalan yang sangat penting peranannya bagi daerah di wilayah sisi barat dan sisi timur Pulau Sulawesi. Pada lereng di sepanjang jalan terdiri dari batuan sekis amfibol dan gneis yang mengandung banyak diskontinuitas. Bidang diskontinuitas pada lereng jalan dapat menjadi bidang luncur longsoran, di antaranya longsoran baji. Potensi longsoran baji dapat terjadi pada lereng yang memiliki minimal 2 joint set yang berpotongan dan dapat terjadi pada lereng massa batuan yang diikuti oleh perpindahan volume blok batuan yang besar. Metode klasifikasi massa batuan seperti klasifikasi RMR, GSI, dan CSMR digunakan dalam menentukan kelas massa batuan dan rekomendasi perkuatan. Hasil analisis klasifikasi RMR diperoleh nilai 34-60,5 (kelas II. Baik - IV. Buruk) dan hasil analisis GSI diperoleh nilai 43,3–57,9 dengan bentuk blok batuan Very Blocky-Blocky dan kondisi permukaan diskontinuitas Poor–Fair. Hasil analisis SMR didapatkan nilai 27,7-46,6 dengan kelas III (buruk)–IV (normal) dan CSMR didapatkan nilai 26,2–44,9 dengan kelas III (buruk)–IV (normal). Kekuatan massa batuan dan kuat geser diskontinuitas menjadi data masukan dalam perhitungan faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran dengan metode kesetimbangan batas. Ambang batas faktor keamanan yang ditetapkan sebesar 1,5 dan ambang batas untuk probabilitas kelongsoran ditetapkan sebesar 5%. Hasil analisis menunjukkan lereng LB-01 dan LB-02 memiliki nilai faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran berada di atas nilai ambang. Lereng LB-04 memiliki nilai faktor keamanan sedikit di atas nilai ambang, tetapi nilai probabilitas kelongsoran berada di bawah nilai ambang batas. Lereng LB-03 memiliki nilai faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran berada di bawah nilai ambang. Hasil sensitivitas data menunjukkan komponen diskontinuitas dalam sistem longsoran baji yang mempengaruhi faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran adalah sudut geser dalam () dan kohesi (c). Optimasi pemilihan metode perkuatan untuk stabilisasi lereng dilakukan dengan mengurangi gaya pendorong (pemotongan atau penjenjangan lereng) dan memperbesar gaya penahan (baut batuan dan beton tembak).