digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ARIANTI AYU P 37014002.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Pertumbuhan produk furnitur didukung oleh berbagai latar belakang keunggulan yang dimiliki Indonesia, yaitu bahan baku kayu dan sumber daya manusia yang besar dan terampil. Jawa Tengah sebagai cikal bakal sentra industri furnitur, kini memiliki persebaran industri furnitur hingga ke daerah tengah dan bagian selatan Jawa Tengah. Dengan didukung hasil kayu yang memadai, maka pulau Jawa dapat menjadi pusat industri furnitur kayu sejak dulu hingga sekarang. Kayu mengalami perubahan karakter menurut jenisnya dan mempengaruhi perkembangan desain furnitur kayu. Keterbatasan kayu menjadi tekanan lingkungan yang mempengaruhi hubungan antara kebutuhan manusia terhadap furnitur dengan keberadaan sumber daya alam. Hubungan ketergantungan antara manusia dengan sumber daya alam (lingkungan), menghasilkan bentuk adaptasi dalam berbagai wujud, antara lain bentuk kearifan lokal, sistem penanaman lokal, regulasi terhadap pemanfaatan kayu hingga berdampak secara tidak langsung pada wujud artifak; salah satunya furnitur kayu. Terminologi Transformasi Budaya menjadi jendela utama untuk mengkaji proses adaptasi manusia khususnya masyarakat Indonesia, terhadap tekanan lingkungan dan perubahan karakter kayu. Loncatan transformasi memperlihatkan pengaruh-pengaruh fenomena sosial budaya dan ekonomi yang juga mempengaruhi kreativitas desain furnitur kayu. Tahap awal penelitian dibangun melalui pendekatan historikal, untuk membangun hubungan antara dua hal utama, yaitu fenomena lingkungan dan kebutuhan kayu untuk desain furnitur. Fenomena lingkungan mencakup pada ancaman-ancaman eksploitasi sumber daya kayu, pengaruh nilai sosial dan budaya, hingga tekanan ekonomi pada sejarah desain furnitur kayu di Indonesia. Teori pendukung lain yang digunakan pada penelitian ini adalah teori mengenai strategi desain berkelanjutan pada enam studi kasus industri furnitur kayu. Melalui kajian historikal, diketahui bahwa sejak abad ke 19 masyarakat Jawa telah memiliki panduan penggunaan kayu yang ditemukan pada empat naskah kuno Jawa yaitu serat Centini, serat Purwa Panti Djawi, serat Kawruh Kalang dan serat Titika Wisma. Panduan pada serat Centini merupakan aturan yang diturunkan dari Keraton sebagai bentuk kearifan lingkungan di masa lalu. Aturan tersebut kemudian ii mengalami adaptasi seiring dengan perubahan waktu. Kayu menjadi material utama yang digunakan untuk industri furnitur di Jawa Tengah. Penelitian ini menghasilkan sebuah pemetaan terhadap perubahan desain furnitur kayu di Jawa Tengah sejak abad ke 18 hingga abad ke 21. Ditemukan bahwa terdapat delapan jenis upaya adaptasi desain yang terbagi dalam tiap rentang waktu. Pada abad ke 18, adaptasi desain yang muncul adalah adaptasi nilai (nilai simbolik dan nilai ukir) dan adaptasi bentuk. Kemudian muncul upaya adaptasi baru pada abad ke 19, yaitu adaptasi regulasi. Pada abad ke 20, upaya adaptasi yang muncul adalah adaptasi material, adaptasi aklimasi dan adaptasi dimensi. Kemudian pada abad ke 21, upaya adaptasi yang muncul adalah adaptasi teknik produksi dan adaptasi pasar. Perubahan jenis adaptasi tersebut memperlihatkan bahwa sejak abad ke 18, upaya yang muncul pertama kali dalam mempertahankan bahan baku terjadi pada abad ke 19 sebagai adaptasi regulasi. Berbagai perubahan dari adaptasi desain furnitur kayu sejak abad ke 19 menghasilkan persamaan yang kuat pada beberapa jenis adaptasi. Salah satunya adalah pengurangan pada dimensi furnitur kayu secara keseluruhan dan pengurangan pada dimensi potongan papan kayu untuk furnitur. Strategi tersebut merupakan adaptasi yang dilakukan oleh industri furnitur. Adaptasi dimensi juga berdampak pada pengurangan aspek dekoratif berupa ukiran.