Bangunan yang memiliki fungsi campuran (mixed-use) merupakan salah satu solusi dari permasalahan minimnya ruang yang ada di Jakarta. Bangunan ini memiliki fungsi yang saling mendukung satu dan lainnya sehingga masyarakat kota dapat berkegiatan secara efisien, baik itu meminimalisasi biaya, pergerakan, maupun waktu. Salah satu bangunan mixed-use yang direncanakan adalah Gedung Graha Gatsu di pusat bisnis Jakarta Selatan. Perancangan sipil selanjutnya diperlukan untuk merealisasikan proyek bangunan multifungsi ini. Proses perancangan sipil gedung ini perlu dilakukan secara mendetail agar mencapai fungsinya secara optimal. Pada tugas akhir ini, dibahas desain aspek sumber daya air pada proyek Gedung Graha Gatsu yang berlokasi di Jl. Kapten Tendean No. 14A, Jakarta Selatan. Gedung ini memiliki 30 lantai yang difungsikan sebagai gedung perkantoran dan hotel. Selain fungsi kantor dan hotel, pada gedung ini juga terdapat 2 lantai basement dan 1 lantai semi-basement yang direncanakan sebagai tempat parkir. Terdapat tiga lingkup pekerjaan utama dari aspek sumber daya air yang dirancang, yaitu desain jaringan drainase, desain suplai air bersih dan SPAH (Sistem Pengolahan Air Hujan), dan desain dewatering galian. Semua perancangan sipil pada aspek sumber daya air dimulai dengan analisis hidrologi untuk mendapatkan debit andalan, debit banjir, dan peil banjir berdasarkan pengolahan data hujan, data topografi, dan data hidroklimatologi. Debit andalan dari analisis hidrologi tersebut selanjutnya digunakan untuk mendesain tangki RWH (Rain Water Harvesting). Sementara, debit banjir digunakan untuk mendesain drainase, peil banjir, dan desain pompa dewatering galian. Dalam desain jaringan drainase, lingkup yang didesain dan dianalisis adalah drainase atap, drainase halaman gedung, analisis kapasitas drainase saluran kota, dan desain pintu air. Desain jaringan drainase diawali dengan menggambar layout jaringan drainase dengan mempertimbangkan aspek spasial yang ada. Kemudian, dilanjutkan dengan perhitungan limpasan hujan dengan menggunakan metode rasional. Setelah diperoleh limpasan hujan dan Daerah Tangkapan Air (DTA) yang ada, maka dapat dilakukan pendimensian komponen-komponen jaringan drainase. Lalu, dilanjutkan dengan analisis drainase perkotaan eksisting dan desain pintu air. Pintu air yang digunakan adalah Pintu Klep Otomatis (PKO) berbahan fiberglass resin. Dalam desain suplai air bersih dan SPAH, lingkup yang didesain dan dianalisis adalah estimasi kebutuhan air, penentuan suplai PDAM, desain tampungan air hujan, desain GWT (Ground Water Tank) dan RWT (Roof Water Tank), dan desain pipa dan pompa penyalur air bersih. Desain suplai air bersih dan SPAH diawali dengan melakukan estimasi kebutuhan air bersih dan suplai air hujan. Setelah diperoleh kebutuhan air bersih dan suplai hujan, maka dilakukan penentuan suplai air bersih dari PDAM. Suplai air hujan hanya cukup untuk memenuhi 1,18% kebutuhan air bersih Graha Gatsu. Meskipun suplai air hujan yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih cukup kecil, namun sistem Rain Water Harvesting (RWH) dari Gedung Graha Gatsu harus tetap ada berdasarkan Pasal 3 Permen LH No. 12 Tahun 2009. Kemudian, dilakukan pembuatan layout suplai air bersih dengan mempertimbangkan aspek spasial yang ada. Setelah itu, dilakukan pendimensian GWT, RWT, pipa penyalur air bersih, dan pompa yang dibutuhkan untuk menyalurkan air bersih. Dalam desain dewatering galian, lingkup yang didesain dan dianalisis adalah penentuan lapisan akifer, analisis aliran radial pada deepwell tunggal, analisis penurunan Muka Air Tanah (MAT) di luar D-Wall, penentuan durasi pekerjaan dewatering galian, desain sumur pengisian, dan desain pompa dewatering galian. Metode dewatering yang digunakan adalah deepwell karena kedalaman galian yang cukup dalam. Desain dewatering galian diawali dengan pengolahan data geoteknik untuk mencari parameter-parameter akifer yang dilanjutkan dengan penentuan lapisan akifer. Setelah itu, dilakukan analisis aliran radial pada sumuran tunggal untuk menentukan spasi dan kedalaman sumuran dan analisis penurunan MAT di luar D-Wall untuk mengetahui dampak penurunan MAT di lokasi sekitar proyek. Setelah itu, dilakukan penentuan durasi pekerjaan dewatering dengan memperhitungkan gaya berat sendiri struktur dan gaya uplift yang bekerja. Kemudian, dilakukan desain sumur pengisian untuk mengembalikan MAT di luar proyek. Setelah itu, dilakukan pembuatan layout dewatering galian dengan komponen deepwell, sumur pengamatan, dan sumur pengisian. Setelah layout terbentuk, maka dapat dilakukan desain pompa yang digunakan dari dewatering galian. Analisis aliran radial, penurunan MAT, dan pengisian air tanah dalam hal ini akan dibantu dengan menggunakan perangkat lunak SEEP/W.