2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti 2016 TA PP ADITYA BILLY CHRISTOFEL HUTAPEA 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti
Sebagai salah satu Negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, ancaman dari kenaikan muka laut semakin nyata bagi Indonesia. Pulau-pulau kecil dan area pesisir merupakan daerah yang pertama merasakan dampaknya, sehingga kajian kerentanan perlu dilakukan untuk melihat ancaman yang terjadi di daerah tersebut. Tiga lokasi di Teluk Ambon Dalam dipilih menjadi lokasi studi menggunakan metode Coastal Integrity Vulnerability Assessment Tools (CIVAT). Metode ini menggabungkan aspek-aspek fisis dengan kondisi ekositem local yang dapat membantu mengurangi ancaman bagi dareah pesisir. Kriteria utama dalam metode CIVAT ini adalah Paparan (Exposure), Sensitivitas (Sensitivity) dan Kemampuan Adaptasi (Adaptive Capability). Metode ini memiliki parameter yang lebih mendalam disbanding metode-metode lain, sehingga cocok digunakan untuk mengkaji pulau-pulau kecil dan area pesisir yang ekosistemnya relative terjaga.
Hasil pengolahan data lapangan dan sekunder yang dilakukan di tiga titik (Negeri Lama, Lateri dan Pokka) menunjukkan bahwa Teluk Ambon Dalam relative aman terhadap perubahan iklim. Negeri Lama dan Lateri memiliki index kerentanan rendah, sedangkan Pokka memiliki index kerentanan sedang.