digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-COVER.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 1.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 2.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 3.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 4.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 5.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-BAB 6.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

2008 TS PP ADE YUDIRIANTO 1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Pendopo merupakan bagian terdepan dari susunan rumah tinggal tradisional Jawa. Sifatnya yang terbuka, monumental dan menjadi simpul massa membuat pendopo sering dijadikan sebagai tempat menerima tamu, ajang seremonial dan pertunjukan seni. Identitas rumah Jawa seringkali ditandai oleh bangunan jenis pendopo. Karena bentuknya yang monumental dan asosiatif terhadap identitas Jawa inilah pendopo sering dihadirkan sebagai fasilitas sosial budaya di Jawa atau bangunan pemerintahan yang berfungsi menerima khalayak umum. Tesis ini menerapkan metode transformasi pada pendopo yang dibawa pada lokasi perkotaan. Untuk mendapatkan hasil transformasi yang memadai maka kajian sejarah dan makna dibalik falsafah pendopo akan menjadi titik tolak dari perancangan pendopo yang bertransformasi. Kasus penerapan transformasi adalah fasilitas Taman Krida Budaya Malang. Taman Krida Budaya Malang memiliki pendopo besar sebagai fasilitas utama. Hasil penerapan transformasi menghasilkan dua pendopo baru yang mengakomodasi dua kegiatan; kegiatan urban yang cenderung bebas dan kegiatan budaya ritual yang bersifat formal. Dua pendopo ini memiliki bentuk yang berbeda karena kegiatan yang diwadahi. Pendopo luar berbentuk informal sebagai hasil transformasi dengan metode distorsi dan analogi. Sedangkan pendopo dalam berbentuk orisinal-formal sebagai cerminan asal musal pendopo. Pertimbangan sosial pada ruang perkotaan membuat fasilitas ini juga menyumbangkan ruangnya sebagai aktifitas publik yang bebas diakses selama sepanjang hari. Fasilitas budaya Jawa yang hidup sepanjang waktu dan bebas dipakai oleh semua orang adalah tujuan dari penerapan kasus transformasi Taman Krida Budaya Malang.