digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2017 TA PP SANIA RABITHOH WIJAYA 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Kota Tegal merupakan salah satu kota kecil di Jawa Tengah yang pada tahun-tahun terakhir berkembang dengan pesat di berbagai sektor. Perkembangan kota tersebut harus diikuti dengan sistem sanitasi yang memadai, termasuk sistem penangan air limbah. Salah satu solusi penanganan air limbah berupa perencanaan sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik skala kota. IPAL akan melayani tujuh kelurahan dan 20 kelurahan lainnya akan tetap menggunakan sistem setempat. Daerah tersebut, saat ini rata-rata telah memiliki tangki septik, hanya saja untuk limbah non kakus masih dialirkan ke drainase atau kali terdekat. Pada daerah ini sulit menemukan lahan kosong untuk IPAL skala komunal maupun kawasan, sehingga sistem terpusat menjadi pilihan yang paling tepat. Lokasi IPAL direncanakan berada di Kelurahan Muarareja dengan luas 1,5 ha. IPAL memiliki kapasitas rata-rata 7.212,7 m3/hari pada tahap pertama (2019-2029) dan 14.425 m3/hari untuk tahap kedua (2029-2039). Hingga tahun 2039 IPAL akan melayani 114.629 jiwa dengan presentase yang terlayani secara terpusat mencapai 45% dari seluruh penduduk Kota Tegal. Pada IPAL Kota tegal digunakan rangkaian unit pengolahan berikut : (1) pre-treatment berupa bar screen dan grit chamber; (2) primary treatment berupa primary sedimentation atau primary clarifier; (3) secondary treatment dengan 4 alternatif yang mungkin dipilih sebagai secondary treatment yaitu : Wastewater Stabilization Ponds (WSP), Complete Mixed Activated Sludge (CMAS), Oxidation Ditch, serta Contact Stabilization; (4) tertiary treatment berupa wetland; dan (5) pengolahan lumpur berupa gravity thickener dan belt press. Penentuan secondary treatment dilakukan dengan menggabungkan sistem pembobotan dengan sistem rangking. Aspek yang dipertimbangkan adalah efisiensi, kehandalan, sludge disposal, kebutuhan lahan, dampak lingkungan, biaya operasional dan pemeliharaan, biaya konstruksi, keberlanjutan, serta simplicity. Alternatif terpilih pada akhir proses pemilihan adalah alternatif kedua yaitu CMAS yang diikuti dengan wetland. Biaya yang diperlukan untuk membangun IPAL Rp 21.287.451.000,00. Efluen dan lumpur terolah dari IPAL dapat digunakan sebagai sumber daya hasil pemanfaatan kembali untuk berbagai kegiatan di IPAL dan sekitar IPAL.