
15719040_Muhammad Faskal R_Abstrak (3).pdf
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Permasalahan yang dihadapi Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang terutama di kawasan
terdampak bencana gempa bumi adalah rusaknya fasilitas sanitasi pengolahan limbah cair
domestik. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat, akibat kualitas
kesehatan lingkungan yang buruk. Sanitasi pasca bencana merupakan metode yang potensial
diimplementasikan di daerah terdampak bencana alam karena diperlukan kemampuan bekerja
sama antara pembuat kebijakan, masyarakat dan stakeholder lain untuk pemecahan
permasalahan terkait sanitasi pasca bencana. Dusun 1 terpilih menjadi lokasi penyaluran dan
pengolahan limbah cair domestik karena selisih elevasi tanah yang rendah, dengan mengikuti
jalan yang ada di Dusun 1, titik elevasi tertinggi adalah sekitar 690 meter dan titik terendah
adalah sekitar 545 meter. Dusun 1 dibagi menjadi empat blok perencanaan. Lokasi
pembangunan secara spesifik akan diprioritaskan untuk dilaksanakan pada Blok 4
mempertimbangkan beberapa aspek. Terdapat lahan kosong sebesar 1.169 m2 yang dimiliki
oleh desa sehingga dapat dimanfaatkan tanpa mengeluarkan biaya pembebasan lahan. Untuk
elevasi jalur perpipaan tertinggi menuju IPAL adalah 580 meter dan terendah adalah 553 meter,
hasil pengolahan direncanakan akan dibuang kembali ke badan air yaitu sungai di dekat lokasi
IPAL. Periode perencanaan dilakukan selama 10 tahun (2024 – 2034) dengan melayani 100%
penduduk Blok 4 dan 56% penduduk Dusun 1 dengan melayani penduduk total pada tahun 2034
berdasarkan proyeksi penduduk sebesar 5.385 jiwa. Sistem penyaluran air limbah menggunakan
shallow bore sewer dengan timbulan sebesar 377,61 m3/hari dan perpipaan menggunakan jenis
pipa PVC diameter 4’ atau 160 mm sebanyak lima jalur dengan penggalian tanah berada pada
range 0,56 – 6,81 m. Konfigurasi teknologi pengolahan limbah cair domestik yang terpilih
berdasarkan pembobotan Simple Additive Weighting dan akan diaplikasikan di Desa
Wangunjaya adalah ABR dan Aerobic Filter sebagai teknologi utama dengan menggunakan
prinsip kombinasi pengolahan fisik dan biologis. Konfigurasi unit pengolahan secara
keseluruhan dimulai dari Bar Screen dan Bak Ekualisasi yang terintegrasi, kemudian masuk ke
Bak Sedimentasi Pertama, ABR, Aerobic Filter, Bak Sedimentasi Kedua, Bak Pengumpul
Lumpur, dan proses desinfeksi dilakukan sebelum dikembalikan ke lingkungan dalam bentuk
efluen. Terkait dengan biaya perencanaan pembangunan SPAL dan IPAL, Rencana Anggaran
Biaya (RAB) membutuhkan biaya konstruksi sebesar Rp2.026.174.000,00. Biaya operasional
dan pemeliharaan untuk SPAL dan IPAL mencapai Rp96.612.000,00 per tahunnya. Analisis
finansial diperlukan untuk menentukan kelayakan pelaksanaan proyek dari aspek ekonomi.
Terdapat dua variabel penentu yang umum digunakan untuk menentukan kelayakan ekonomi
suatu proyek yaitu Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Nilai NPV sebesar
Rp165.021.444,25 atau NPV positif, nilai BCR sebesar 1,232. Kedua nilai tersebut
menunjukkan bahwa proyek perencanaan IPAL layak secara ekonomi.