Perguruan tinggi merupakan institusi yang menjalankan Tridarma pendidikan tinggi yaitu : (1) Pendidikan dan pengajaran, (2) Penelitian dan pengembangan, (3) Pengabdian pada masyarakat. Perguruan tinggi senantiasa dituntut untuk meningkatkan pelayanan terkait dengan 3 hal tersebut. Beberapa perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH) merupakan pendidikan tinggi mendapatkan amanah dari kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi menjalankan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Visi beberapa PTNBH juga mengalami perkembangan menjadi pendidikan tinggi entrepreneurial di mana kepuasan pelayanan dan kemanfaatan produk penelitian seluas-luasnya merupakan tolak ukur utama institusinya.
Satu hal yang masih menjadi permasalahan utama pada pendidikan tinggi yaitu pada proses pendukung atau workflow kegiatan pendukung untuk meningkatkan kecepatan pelayanan tri darma tersebut. Proses yang terpenting namun sering dilupakan yaitu proses supply chain atau procurement/pengadaan untuk kegiatan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Penelitian ini akan mendeskripsikan lebih lanjut tentang model pengadaan barang dan jasa pada institusi pendidikan tinggi pada era baru entrepreneurial university. Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi studi kasus untuk ditelaah model pengadaan barang dan jasanya pada penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan institusional analysis and Development (IAD) sebagai kerangka pikir utamanya analisisnya. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Identifikasi faktor eksogen, arena aksi, situasi yang terjadi, interaksi aktor dan outcome, (2) Menemukenali interaksi pada model bisnis pengadaan barang, jasa dan riset di pendidikan tinggi, (3) Identifikasi capaian atau outcome berdasarkan kriteria evaluasi (IAD), (4) Merumuskan arah perubahan untuk outcome yang lebih baik.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa proses pengadaan belum mencapai outcome berdasarkan kriteria evaluasi meliputi efisiensi, keadilan, kemampuan adaptasi, ketahanan dan penguatan, akuntabilitas serta kesesuaian dengan moralitas umum dalam mengatasi konflik. Selain itu, terjadi pola interaksi yang menghambat outcome yaitu: (1) Pola konsumsi produk/barang luar negeri, (2) Ketergantungan pada produsen/brand tertentu. Pada pola komunikasi dan koordinasi terdapat hambatan yaitu para aktor yang kurang mengkomunikasikan dan memahami kebijakan institusi. Rekomendasi penelitian ini meliputi arah perubahan berupa : perencanaan waktu pengadaan jangka panjang untuk barang/jasa rutin, adanya Key Performance Indicator (KPI) layanan pengadaan, adanya quality assurance/expert sebagai pendamping proses pengadaan, memperluas jejaring mitra atau faktor eksogen yang terkait dengan masalah pengadaan seperti custom clearance, dan variasi daftar calon penyedia sebagai mitra kerjasama.
Kata Kunci : supply chain, pengadaan, barang, jasa, entrepreneurial, institutional analysis and development, outcome
Perpustakaan Digital ITB