Industri hulu migas di Indonesia saat ini masih menjadi komoditas krusial yang diharapkan dapat
berkontribusi terhadap pendapatan negara, bahkan dalam ekonomi migas saat ini yang relatif
tidak stabil. Tahun 2014-2016 harga minyak dunia turun karena fenomena over supply minyak
mentah, yang mengakibatkan turunnya pendapatan bagi sebagian besar perusahaan minyak dan
gas di Indonesia. Di tengah lesunya harga minyak dunia tersebut, Pemerintah Indonesia
bermaksud untuk mulai mengurangi ketergantungan terhadap minyak mentah. Salah satu
alternatif yang paling layak untuk difokuskan adalah industri gas.
JOB Pertamina Medco-Tomori Sulawesi (JOB Tomori) adalah salah satu anak perusahaan di
bawah Pertamina Hulu Energi (PHE) yang berfokus pada produksi gas di blok Senoro di
Sulawesi. JOB Tomori telah memasuki tahap produksi gas sejak tahun 2015 dan berhasil
menjadi penyumbang gas lifting terbesar keempat di Indonesia pada tahun 2016. Manajemen
risiko terhadap tahap produksi gas di Lapangan Gas Senoro perlu diciptakan untuk menjaga
keberlanjutan produksi gas dan mencegah kejadian beresiko yang tidak menguntungkan bagi
perusahaan.
Analisis eksternal dan internal telah dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai situasi JOB Tomori. Analisis eksternal yang digunakan adalah PESTEL dan Porter's
Five Forces, sedangkan analisis internal menggunakan 7P Marketing Mix. Dengan menganalisa
kedua faktor tersebut, kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di JOB Tomori
telah diketahui dan diwakili dalam bentuk analisis SWOT. Hasil analisis SWOT beserta dengan
sesi FGD, benchmarking, dan tinjauan literatur digunakan sebagai masukan untuk identifikasi
risiko. Masing-masing risiko diukur dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),
suatu metode semi kuantitatif yang fleksibel dan mudah dipahami untuk mendukung proses
pengambilan keputusan dengan memilih opsi terbaik dari alternatif yang ada.
Melalui perhitungan AHP, diketahui bahwa kategori risiko yang paling penting adalah kategori
operasional dengan nilai eigen sebesar 0,202 dan perlu diprioritaskan baik dari sisi evaluasi
maupun mitigasi. Selain itu, menurut matriks risiko diketahui bahwa JOB Tomori memiliki 3
tingkat risiko subkategori high, yaitu: (1) Kegagalan operasional, (2) Fluktuasi harga minyak dan
gas, dan (3) Keinginan yang tidak sesuai dengan pembeli mengenai program baru. Karena
sumber daya perusahaan yang terbatas, sumber daya tersebut perlu difokuskan untuk mengurangi
tiga risiko ini karena jika risiko-risiko itu terjadi akan membawa dampak yang besar bagi
perusahaan.