Pengembangan infrastruktur jalan menjadi bagian program prioritas Pemerintah Indonesia. Ditinjau
dari panjang jalan yang direncanakan dan yang sudah terbangun, jumlahnya selalu meningkat dari
setiap waktu. Pertumbuhan rata-rata jalan 3,52% per tahun. Salah satu material jalan terpenting adalah
aspal. Sebagian besar aspal ini dipasok oleh PT Pertamina (Persero). Meskipun PT Pertamina
(Persero) merupakan satu-satunya produsen aspal di Indonesia namun hingga saat ini PT Pertamina
(Persero) belum dapat memenuhi seluruh permintaan. Jangkauan layanan yang luas dan terbatasnya
fasilitas jaringan distribusi menciptakan peluang untuk pengembangan terminal aspal. PT Maha Guna
Industri sebagai perusahaan hilir migas yang memiliki kompetensi inti pada layanan manajemen
logistik dihadapkan pada peluang ini. Kondisi internal perusahaan seperti pendapatan perusahaan yang
masih mengandalkan pada kegiatan penjualan bahan bakar minyak dan belum optimalnya
pemanfaatan aset lahan di Sumatera bagian tengah menjadi faktor pengerak lain bagi perusahaan untuk
mempertimbangkan peluang pengembangan terminal aspal ini. Analisa investasi dan kajian risiko
dibutuhkan untuk menjustifikasi kelayakan proyek terminal aspal dengan kapasitas 20.000 ton dan
volume penjualan 120.000 ton per tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kelayakan investasi dari proyek pengembangan terminal
aspal, menentukan variabel yang paling sensitif dan menilai potensi risiko berikut rencana mitigasi
yang diusulkan untuk mengurangi probabilitas dan dampak yang mungkin ditimbulkan dari proyek.
Analisa lingkungan bisnis baik internal dan eksternal dilakukan untuk meninjau kapasitas dan strategi
perusahaan dalam menangkap peluang bisnis ini. Kajian finansial proyek disusun dengan perhitungan
kriteria investasi yaitu NPV, IRR, PI, Payback Period dan Discounted Payback Period. Analisa risiko
mengacu pada ISO 31000:2009. Hasil analisa menunjukan bahwa proyek pengembangan terminal
aspal ini layak dan memenuhi kriteria investasi. Sedangkan potensi risiko proyek yang berdampak
signifikan adalah perizinan serta aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
(K3LL).