Gempa bumi merupakan guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba sehingga menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi ini banyak menimbulkan dampak bagi bumi, salah satunya kerusakan infrastruktur. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan gempa yang tinggi karena berada pada jalur The Pacific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) dan berada di antara tiga lempeng tektonik besar dunia yaitu India plate, Australian plate dan Pacific plate.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara yang menjadi pusat pemerintahan, perekonomian dan industri di Indonesia memiliki kepadatan penduduk dan kelengkapan infrastruktur yang tinggi, dimana keadaan ini akan menimbulkan potensi kerugian yang besar jika wilayah DKI Jakarta diguncang oleh gempa. Berdasarkan kondisi ini maka diperlukan studi terkait pengukuran resiko gempa untuk memperkirakan tingkat kerusakan infrastruktur akibat gempa di wilayah DKI Jakarta dengan berbagai skenario sehingga dapat diperoleh rekomendasi yang tepat sebagai informasi awal maupun acuan dalam emergency plan saat gempa terjadi maupun langkah evakuasi pasca gempa untuk meminimalisir kerusakan dan kerugian akibat gempa. Studi ini melakukan analisis bahaya gempa berdasarkan gempa skenario subduksi intraslab (Benioff).
Analisis bahaya gempa dilakukan dengan metode Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA). Melalui proses deagregasi, didapatkan kejadian gempa yang dianggap paling berpengaruh di DKI Jakarta dalam magnitude dan radius tertentu. Didapatkan juga ground motion yang akan digunakan dalam perambatan gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah. Data tanah sebagai medium perambatan tersebar di 461 titik di wilayah DKI Jakarta. Perambatan gelombang gempa dilakukan dengan metode non-linear earthquake response site analysis. Hasil perambatan gelombang gempa berdasarkan skenario Benioff menujukkan nilai percepatan di permukaan tanah (PGA) berada pada rentang 0,04g – 0,17g dengan faktor amplifikasi tanah 1,0 – 2,7.
Analisis resiko (risk assesment analysis) dilakukan pada infrastruktur perumahan dengan jenis bangunan Infill Frame (INF) dan Confined Masonry (CM). Dengan menggunakan peta RDTR DKI Jakarta diidentifikasi daerah yang merupakan daerah perumahan dengan jenis bangunan tersebut. Kerentanan bangunan terhadap suatu percepatan spektral direpresentasikan dalam kurva fragilitas (fragility curve). Dengan melakukan join data percepatan permukaan puncak (PGA) dengan kurva fragilitas maka didapatkan besarnya probabilitas keruntuhan bangunan pada tiap level kerusakan. Kriteria resiko akhir akibat gempa didapatkan dengan menghitung probabilitas keruntuhan pada level ‘rusak berat’ dan ‘runtuh’ dan dengan memperhitungkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada suatu zona.
Hasil analisis resiko akibat gempa skenario divisualisasikan dalam bentuk peta resiko gempa pada tiap kecamatan di wilayah DKI Jakarta.