Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan sekitarnya merupakan wilayah dengan struktur geologi
yang relatif kompleks akibat subduksi lempeng Australia terhadap lempeng Eurasia. Aktivitas
tektonik tersebut mengakibatkan terbentuknya sesar aktif di wilayah ini, diantaranya sesar
Cimandiri, Lembang, dan Baribis. Ketiga sesar ini berlokasi dekat dengan daerah-daerah yang
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti
aktivitas sesar Baribis melalui pengamatan dan penentuan hiposenter gempa-gempa kecil yang
direkam di wilayah ini dan untuk memperoleh gambaran risiko bencana akibat aktivitas seismik
Sesar Baribis, sehingga menjadi acuan dan informasi utama untuk perhitungan potensi kerugian
finansial akibat bencana gempa di DKI Jakarta. Proses pemantauan gempa kecil dilakukan dengan
memasang 7 (tujuh) unit borehole seismometer untuk periode July 2019 sampai Agustus 2020 di
lokasi yang diidentifikasi sebagai sesar Baribis yang mengarah ke Jakarta, selanjutnya pada tahun
2020 ketujuh borehole seismometer dipindahkan lokasinya ke arah timur dari Jakarta, yaitu ke
daerah sekitar Karawang dan Purwakarta. Hiposenter telah ditentukan menggunakan metode
Geiger dengan perangkat lunak Hypoellipse. Hasil pengamatan gempa kecil dan penentuan
hiposenter selama satu tahun diperoleh sebanyak 187 gempa kecil yang berlokasi di daratan dan
selatan Jawa Barat, dimana terdapat beberapa episenter gempa yang berlokasi tidak jauh dari lokasi
jaringan atau posisi sesar Baribis. Berdasarkan sebaran lokasinya, gempa-gempa tersebut dibagi
menjadi 4 klaster, yaitu klaster 1 berlokasi di sebelah barat gunung Salak, klaster 2 berlokasi di
sebelah utara gunung Gede, klaster 3 berlokasi di selatan Purwakarta atau di sebelah utara sesar
Cimandiri, dan klaster 4 berlokasi di sesar Baribis. Umumnya gempa-gempa yang dirasakan di
Jakarta dan sekitarnya berlokasi di selatan Jawa Barat, namun gempa yang dicatat dalam penelitian
ini menjadi salah satu bukti bahwa sesar Baribis yang mengarah ke Jakarta tergolong aktif. Hasil
data pengamatan gempa kecil, memberikan informasi yang lebih baik mengenai parameter sesar
Baribis dan dapat digunakan sebagai input data dalam proses analisis risiko bencana kegempaan
dengan pendekatan probabilitas menggunakan metode event-based approach dan pendekatan
deterministik berdasarkan skenario gempa di wilayah DKI Jakarta. Perhitungan skenario gempa
dari sumber sesar Baribis menghasilkan intensitas gempa tinggi di Jakarta, Bogor dan Serang.
Berdasarkan data historis dan skenario deterministik mengindikasikan Jakarta pernah mengalami
kerusakan akibat gempa yang bersumber dari sesar aktif Baribis. Pendekatan probabilitas bahaya
gempa yang diwakili oleh nilai percepatan tanah maksimum dan spektrum respon pada
kemungkinan periode terlampaui 2% dalam 50 tahun atau periode ulang 2500 tahun dan 10%dalam 50 tahun atau periode ulang 500 tahun mempertimbangkan kondisi lokal berdasarkan
kecepatan rata-rata gelombang geser sampai kedalaman 30 m (????!"#). Peta kontur bahaya gempa
menghasilkan tren nilai pemusatan goyangan tanah pada wilayah yang dekat dengan zona sumber
gempa dan pada jenis batuan lunak, khususnya di DKI Jakarta. Pada penelitian ini, model risiko
gempa akibat sesar Baribis dapat digambarkan berdasarkan potensial gempa, data rumah tinggal,
kondisi geologi, dan kurva kerentanan.