Gempa tektonik Jawa Barat terjadi akibat patahan yang melibatkan pelepasan energi secara tiba‐tiba dari proses deformasi batuan di bawah permukaannya. Gempa ini
bersumber dari zona subduksi (interplate) yang terjadi akibat interaksi antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo‐Australia, maupun sesar‐sesar yang terdapat di dalam suatu lempeng tektoniknya (intraplate). Ada beberapa sesar yang aktif di wilayah intraplate, di
antaranya adalah sesar Lembang, Cimandiri, dan Baribis.
Sinyal‐sinyal gempa sepanjang tahun 2003 di wilayah Jawa Barat yang terekam oleh seismogram di stasiun Ciparay, Soreang, dan Lembang dominan memiliki susunan fasa gelombang yang kompleks. Dari pengamatan rekaman seismogram, waktu tiba fasa gelombang P dan S dapat ditentukan secara teliti dengan metode S‐Transform. Untuk menghitung origin time digunakan metode Wadati, selanjutnya hiposenter ditentukan melalui metode grafis dan gridsearch. Hiposenter dan kecepatan gelombang seismik merupakan dua parameter yang tidak diketahui (unknown parameter). Keduanya diestimasi dengan menggunakan data waktu tiba atau waktu tempuh pengamatan. Melalui pendekatan linier simultan, hasilnya diperoleh dengan menggunakan teknik inversi kuadrat
terkecil teredam (damped least square). Estimasi ini dilakukan secara iteratif di dalam rangkaian tahap forward modelling melalui ray tracing dan tahap inverse modelling. Penelitian pada zona intraplate dan interplate Jawa Barat ini bertujuan untuk menghasilkan sebaran hiposenter yang sesuai dengan model struktur kecepatan 1 D hasil perhitungan secara simultan. Berdasarkan metode inversi simultan ini diperoleh sebaran hiposenter yang lebih dangkal dan lebih tepat pada zona pensesaran dibandingkan hasil yang diperoleh melalui metode gridsearch.