Pati sagu kini telah banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya dibidang
industri. Pemanfaatan pati sagu bermacam-macam tergantung dari keperluannya
dan telah terbukti juga bahwa pati sagu dapat dijadikan formulasi sediaan kosmetik.
Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan pati sagu sebagai pengganti talk
dalam formulasi sediaan bedak padat yang memiliki efek covering yang tinggi dan
mengevaluasi aktivitas tabir surya dari formula tersebut. Penelitian ini diawali
dengan karakterisasi pati sagu terlebih dahulu kemudian dilakukan pengecilan
ukuran partikel pati sagu melalui beberapa tahap yaitu pengayakan dan
penggerusan menggunakan tumbler ballmill. Serbuk pati sagu diperoleh dari hasil
penggerusan dikarakterisasi ukuran partikel, morfologi partikel menggunakan
SEM, dan evaluasi fisika serbuk. Ukuran partikel yang diperoleh yaitu 17,7 ± 0,046
μm. Pati sagu dengan berbagai konsentrasi yaitu 65, 75 dan 85% ditambahkan
kaolin sebagai pengisi dan PVP sebagai pengikat, serta ditambahkan titanium
dioksida dan seng oksida sebagai pembanding tabir surya. Aktivitas tabir surya
mula-mula ditentukan dengan instrumen Xenon Weather-Ometer dan kain wol biru
sebagai standar pengukuran waktu pemudaran. Uji iritasi dan penentuan SPF
sebagai evaluasi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelinci albino jantan dan
lampu UV B. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya iritasi kulit dan formula
F2A (pati sagu 75%) memiliki kemampuan proteksi terhadap sinar matahari buatan
lebih optimal dibandingkan F1A dan F3A dengan nilai SPF pada formula F2A
sebesar 3,81. Sedangkan pada formulasi bedak padat yang ditambahkan zat
tambahan tabir surya yaitu titanium dioksida menunjukkan hasil proteksi terhadap
sinar matahari buatan lebih optimal dibandingkan F2A (tanpa titanium dioksida).
Nilai SPF pada formula F2B sebesar 11,64. Bedak padat yang diformulasikan dari
pati sagu memiliki aktivitas tabir surya.