Pembangunan Integrated Building di Bandara Soekarno Hatta merupakan rencana dari pihak Angkasa Pura untuk meningkatkan pelayanan di kawasan bandara, tapi dengan berkumpulnya semua transportasi yang melayani bandara Soekarno Hatta seperti kereta bandara, taksi, travel, bus, dan mobil pribadi. Calon penumpang kemudian akan berpindah menuju terminal-terminal yang ada menggunakan APMS. Dimana ada juga penumpang yang berasal dari terminal-terminal yang ada dan turun dari APMS untuk menuju Integrated Building. Hal ini berarti adanya penumpukan calon penumpang di gedung Integrated Building. Oleh karena itu kinerja pelayanan di dalam gedung sangat perlu diperhatikan.
Untuk menilai kinerja pelayanan dilakukan simulasi pejalan kaki yang terjadi di Integrated Building dengan menggunakan program pemodelan mikroskopik yaitu PTV VISSIM. Dengan membangun model sesuai desain awal yang ada, dan memasukkan parameter seperti kecepatan rata-rata berjalan, perilaku berjalan, dan jumlah calon penumpang yang akan memasuki gedung itu.
Dari hasil simulasi diperoleh bahwa kinerja pelayanan untuk di area tunggu kereta bandara dan hall penghubung sangat baik dimana memiliki nilai Level Of Service A dan memenuhi SPM yang ada. Sedangkan untuk area tunggu APMS didapatkan nilai yang cukup buruk yakni Level Of Service D dan tidak memenuhi SPM. Sehingga dilakukan identifikasi penanganan yang dapat dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih baik, seperti menambah rangkaian dengan tujuan mengurangi headway APMS, menambah gerbong untuk meningkatkan kapasitas angkut APMS, serta menggabungkan kedua cara tersebut. Maka dari hasil simulasi bila dilakukan penanganan dengan menambah rangkaian dan setiap rangkaian memiliki 3 gerbong, kinerja pelayanan di area tunggu APMS akan meningkat menjadi Level Of Service A dan memenuhi SPM.