Genus Cerbera merupakan salah satu genus yang berasal dari famili Apocynaceae, terdiri dari 15 spesies yang memiliki kandungan senyawa dengan aktivitas biologis yang bermanfaat untuk manusia, Genus Cerbera tersebar secara luas di daerah pesisir Asia Tenggara dan Samudra Hindia. Di Indonesia, genus Cerbera dapat ditemukan di kawasan ekosistem hutan hujan tropis seperti daerah Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi, dan Papua. Salah satu spesies Cerbera yang ada di Indonesia adalah Cerbera manghas. Lignan, kardiak glikosida, terpenoid, dan flavonoid merupakan metabolit sekunder utama pada spesies C. manghas. Hasil uji aktivitas beberapa metabolit sekunder menunjukkan adanya aktivitas biologis yang beragam seperti antikanker,
antiproliferatif, antikonvulsan dan anti-estrogenik. Selain dimanfaatkan sebagai obat antikanker, antiproliferatif dan antikonvulsan tanaman C. manghas juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan moluskisida nabati. Hal ini dikarenakan adanya kandungan senyawa saponin dan kardiak glikosida. Permasalahan yang
dihadapi petani dalam budi daya tanaman padi (Oriza sativa) adalah serangan hama. Keong mas (Pomacea canaliculata L.) merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman padi baik pada skala persemaian maupun setelah masa tanam. Terdapat banyak teknik pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama keong mas. Salah satunya yaitu pengendalian dengan memanfaatkan tanaman yang berpotensi sebagai moluskisida nabati. Tanaman Bintaro merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktif. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi (maserasi) terhadap senyawa bioaktif dari daun bintaro (Cerbera manghas), melakukan uji mortalitas terhadap keong mas (Pomacea canaliculata L.) dengan ekstrak kasar daun bintaro dari berbagai fraksi dan fraksi turunan dari fraksi metanol ekstrak daun bintaro, mengevaluasi pengaruh toksisitas (dalam bentuk lethal concentration) berbagai fraksi dan fraksi turunan metanol terhadap keong mas, dan melihat pola makan keong mas setelah pengujian dengan ekstrak daun bintaro tersebut. Metode ekstraksi dilakukan pada suhu kamar (maserasi) dan pelarut yang digunakan adalah n-heksan, etil asetat, metanol dan air. Pada pengujian mortalitas keong mas, pengujian dilakukan dengan cara merendam keong mas dalam aquarium yang sudah diberikan ekstrak daun bintaro dengan berbagai kosentrasi dan dihitung persentase mortalitasnya selama 48 jam. Data diolah menggunakan analisis probit menurut metode Busvine-Nash. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua fraksi ekstrak kasar daun bintaro dengan konsentrasi 200, 300, 400 dan 500 ppm dan fraksi F3-A, F3-B dan F3-C turunan fraksi metanol masing-masing dengan konsentrasi 0,2, 0,3,0,4 dan 0,5 ppm bersifat toksik terhadap keong mas. Hasil perhitungan lethal concentration menunjukkan fraksi F3-A memiliki toksisitas yang paling tinggi (LC50 = 0,33 ppm dan LC100 = 0,76 ppm). Sedangkan tingkat toksisitas yang lebih rendah selanjutnya adalah berturut-turut fraksi F3-C (LC50 = 0,39 ppm dan LC100 = 0,89 ppm), fraksi F3-B (LC50 = 0,40 ppm dan LC100 = 0,90 ppm), fraksi metanol (LC50 = 178,40 dan LC100 = 31.188 ppm), fraksi air (LC50 = 235,77 ppm dan LC100 = 57.996 ppm), fraksi etil esetat (LC50 = 339,23 ppm dan LC100 = 118.140 ppm) dan fraksi n-heksan (LC50 = 342,3 ppm dan LC100 = 117.598 ppm).