Jakarta adalah kota metropolitan terbesar dan terpadat di Asia Tenggara. Daya tampung kota yang belum lagi mengalami perluasan wilayah ini menjadi semakin minim, terutama untuk urusan sarana transportasi. Transportasi yang bisa melayani kebutuhan perpindahan warganya dengan cepat, aman, murah, nyaman dan massal menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi kemacetan. Pembaharuan sistem transportasi massal Jakarta ditandai dengan beroperasinya Trasjakarta Busway Koridor 1 Jalur Blok M-Kota sepanjang 12,9 Km sejak januari 2004.
Tujuan dari ini adalah mengidentifikasi karakteristik pola pergerakan pengguna Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic deskriptif yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik zona yang dilalui oleh Transjakarta, mengidentifikasi karakteristik pengguna Transjakarta, mengidentifikasi bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan oleh suatu zona, serta mengidentifikasi interaksi yang terjadi antar zona yang dilihat berdasarkan lokasi shelter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan guna lahan di setiap zona menimbulkan bangkitan dan tarikan yang beragam. Karakteristik pengguna Transjakarta didominasi oleh wanita, dengan rata-rata usia pengguna adalah 20-29 tahun. Pendidikan terakhir pengguna Transjakarta sebagian besar adalah S1, dengan pekerjaan sebagai pegawai dan rata-rata pendapatan perbulan sebesar Rp 1.000.000-1.499.999,-.
Rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah : (1), Perlu dibuatnya jalur tambahan dibeberapa shelter agar pengoperasian Transjakarta dapat berjalan lebih baik, (2) Perlu dibuatnya Bus langsung (direct bus) untuk shelter-shelter dengan tingkat pergerakkan yang tinggi, seperti dari shelter Blok M menuju shelter Dukuh Atas, Harmoni Central Busway, dan Kota begitu juga sebaliknya, (3) Mayoritas pengguna Transjakarta berjalan kaki dari dan menuju shelter, maka untuk meningkatkan kenyamanan dari pengguna perlu dibangunnya shelter yang terintegrasi langsung dengan pusat kegiatan di dalam zona tersebut. Seperti di zona 3 dapat dibuat shelter yang terintegrasi dengan mall-mall yang ada di zona 3, dan shelter di zona 4 dan 5, (4) Dilakukan pengaturan tata guna lahan yang lebih baik agar transportasi di sepanjang koridor 1 (blok M-Kota) dapat terintegrasi dengan sistem Transjakarta, sehingga penguranggan kendaraan pribadi dapat dilakukan. Seperti di zona 3 dan zona 4 dengan guna lahan permukiman padat dapat diubah menjadi gedung apartemen atau rumah susun sehingga jarak antara tempat kerja dan tempat tinggal menjadi lebih dekat. (5) Peningkatan kualitas pelayanan didalam dan diluar shelter harus ditingkatkan sehingga pengguna Transjakarta tidak hanya terbatas pada status sosial tertentu.Salah satu rekomendasinya adalah dibangunnya shelter yang terintegrasi langsung dengan pusat kegiatan di dalam zona tersebut. Seperti di zona 3 dapat dibuat shelter yang terintegrasi dengan mall-mall yang ada di zona 3, dan shelter di zona 4 dan 5. Rekomendasi yang di hasilkan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak terkait dalam penyelenggaraan Transjakarta di kota Jakarta seperti Pemerintah kota Jakarta dalam hal perencanaan kota, maupun perencanaan Transportasi dan angkutan kota, serta operator Transjakarta dalam teknis operasional Transjakarta.