Perkembangan pemahaman dan pemaknaan mengenai konsep resiko bencana alam telah mencapai pada titik dimana resiko kejadian bencana merupakan sesuatu yang dapat dikurangi dampaknya. Hal tersebut juga menyebabkan tatanan penyelenggaraan penanggulangan bencana menekankan upaya pembangunan resiliensi (ketahanan) masyarakat terhadap bencana sebagai unsur penting dalam pengurangan resiko bencana, baik dalam tatanan internasional, nasional, lokal.
Studi ini bermaksud untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakat Desa Pangandaran terhadap Resiko Gempa Bumi dan Tsunami. Hal ini penting untuk dilakukan karena kejadian bencana sendiri merupakan suatu proses pembelajaran sosial (social learning) yang memungkinkan masyarakat belajar dari pengalaman kebencanannya untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang lebih siap menghadapi bencana. Adapun masyarakat Desa Pangandaran pada tahun 2006 mengalami kejadian bencana gempa bumi dan tsunami, serta kemudian setelah kejadian tersebut banyak dilakukan kegiatan pemulihan, penguatan masyarakat, dan mitigasi bencana oleh berbagai pihak dari dalam ataupun luar desa.
Komponen resiliensi masyarakat sendiri meliputi 1) kapasitas komunitas untuk mengurangi resiko/stress/kerusakan melalui mitigasi ataupun adaptasi, 2) kapasitas untuk mempertahankan fungsi-fungsi dasar dan struktur di dalam keadaan bencana, 3) kapasitas untuk memulihkan diri pasca kejadian bencana (Twigg, 2007). Adapun aspek – aspek resiliensi masyarakat terdiri atas aspek kepemerintahan, sosial ekonomi, manajemen sumberdaya pesisir, guna lahan dan rancangan struktural, pengetahuan atas resiko bencana, peringatan dini dan evakuasi, tanggap darurat, serta pemulihan (US IOTWS Program, 2007).
Kedelapan aspek resiliensi tersebut kemudian akan ditelusuri keadaannya pada masyarakat Desa Pangandaran di dalam empat kapasitas inti (core capacities), mencakup kapasitas kebijakan dan perencanaan, kapasitas sosial kultural, kapasitas fisik lingkungan, serta kapasitas teknis dan pembiayaan.Hal ini merupakan implementasi dari pendekatan penelitian kualitatif yang menggunakan platform penelitian yang berasal dari “How Resilient is Your Coastal Community – A Guide For Evaluating Coastal Community Resilience to Tsunamis and Other Hazards” (US Indian Ocean Tsunami Warning System Program, 2007).
Dari hasil studi diketahui bahwa secara umum masyarakat Desa Pangandanran cukup memiliki resiliensi terhadap resiko gempa bumi dan tsunami. Aspek peringatan dini dan evakuasi adalah aspek resiliensi masyarakat Desa Pangandaran yang terkuat, adapun aspek pemulihan pasca bencana adalah aspek resiliensi yang terlemah.Penguatan resiliensi tidak terlepas dari pembelajaran sosial masyarakat pasca Tsunami 2006 serta berbagai tindakan pemulihan, mitigasi bencana, dan peningkatan kapasitas masyarakat.