Abstrak - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Abstrak - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN - Azza Aulia Zahrah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Plot permanen berukuran 1 Ha dibuat pada tahun 2010 di area Batu Meja, Cagar Alam Pananjung Pangandaran yang saat ini sedang bersuksesi secara alami dari padang rumput menuju hutan sekunder. Pengamatan plot permanen penting untuk melihat dinamika tumbuhan selama proses suksesi dan juga melihat pengaruh kondisi lingkungan terhadap tumbuhan didalamnya. Monitoring tumbuhan di plot permanen ini telah dilakukan pada tahun 2010, 2011, 2013, 2017, dan 2024. Plot seluas 1 Ha dibagi menjadi 100 subplot berukuran 10x10 m2, titik nol plot ditandai dengan tiang plastik untuk menandai nomor subplot. Pohon dengan diameter setinggi dada (DBH) ? 4,8 cm diukur, dicatat koordinat posisinya di dalam plot, ditandai dengan cat dan diberikan plat nomor jika pohon tersebut tercatat sebagai rekrutmen atau plat nomor hilang. Jumlah individu baru dan individu mati dihitung untuk mengukur rekrutmen dan mortalitas pohon. Indeks nilai penting (INP), indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), laju rekrutmen, laju mortalitas, dan laju pertumbuhan dihitung untuk setiap spesies. Selama 14 tahun monitoring, jumlah spesies di dalam plot permanen meningkat dari 62 menjadi 75 spesies dengan H’ dari 2,9 (2010) menjadi 3,2 (2024). Peningkatan kekayaan spesies ini diikuti dengan perubahan komposisi spesies didalamnya, meskipun pohon masih didominasi oleh Syzygium lineatum (INP = 48,04%) dan Rhodamnia cinerea (INP = 36,34%). Tumbuhan yang umum ditemukan di periode awal suksesi seperti Psychotria cf. robusta, Glochidion rubrum, Cryptocarya densiflora pada pengukuran tahun 2024 menghilang dan digantikan dengan spesies pohon yang umum ditemukan pada hutan dengan suksesi lanjut seperti Dillenia excelsa (115 individu), Ficus sumatrana (1 individu), dan Pentace polyantha (61 individu). Jenis pohon yang terdata sebagai sebagai rekrutmen baru adalah Bacauria javanica (10 individu) dan Dysoxylum amuroides (4 individu). Berdasarkan data kelas diameter, jumlah individu pohon dengan diameter 4,8-10 cm sangat banyak dibandingkan dengan kelas diameter lainnya. Pohon yang memiliki laju pertumbuhan paling tinggi (IDi) adalah D. excelsa sebesar 2,30 cm/tahun dan F. sumatrana sebesar 2,27 cm/tahun pada diameter (DBH) > 30 cm, sedangkan pada kelas diameter 4,8-10 cm Vitex pinnata memiliki laju pertumbuhan paling tinggi sebesar 0,51 cm/tahun. Pohon pionir dapat tumbuh dengan cepat dan membantu membentuk naungan serta memfasilitasi tumbuhan lain untuk tumbuh di area plot permanen sehingga proses suskesi dapat berjalan. Laju rekrutmen dari tahun 2017 ke 2024 tercatat paling tinggi sebanyak 20,83% dengan rekrutmen spesies terbanyak berasal dari Pentace polyantha (36 individu) dan S. lineatum (35 individu). Tingginya laju rekrutmen kemungkinan dipengaruhi oleh pembentukan gaps yang muncul akibat laju mortalitas yang tinggi dari tahun 2017 ke 2024 sebesar 28,79%. Spesies Rhodamnia cinerea tercatat sebagai pohon dengan mortalitas paling tinggi sebanyak 152 individu. Jumlah individu muda yang banyak disertai dengan ditemukannya jenis pohon yang biasa tumbuh di hutan dataran rendah, menunjukkan bahwa hutan dalam kondisi baik dan sedang bersuksesi menuju hutan sekunder yang lebih tua.