Desa Sukakarya, yang terletak di bagian hulu DAS Cimanuk menjadi bagian penting dari usaha perbaikan dan penyehatan kembali DAS Cimanuk. Masyarakat desa, yang mayoritas berprofesi sebagai petani, membudidayakan komoditas Akar Wangi sebagai komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi secara turun-temurun. Jenis komoditas ini ditengarai menjadi penyebab terjadinya erosi, longsor dan sedimentasi melalui cara tanam dan panen yang tidak sesuai dengan prinsip konservasi. Pemerintah, melalui berbagai program dan kegiatan, telah berusaha melakukan konservasi secara fisik dan vegetatif. Tetapi usaha konservasi tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan. Partisipasi warga masyarakat dalam kegiatan-kegiatan konservasi terlihat hanya di awal kegiatan dan tidak membawa dampak yang signifikan dalam perubahan perilaku terhadap lingkungan
Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam dengan mengumpulkan data dan melakukan in-depth interview terhadap beberapa informan melalui purposive sampling. Usaha diawali dengan mengurai kompleksitas Akar Wangi dan menemukenali peluang inovasi masyarakat yang berdiam di Desa Sukakarya melalui lintasan-lintasan inovasi demi keberlanjutan fungsi sosial, ekonomi dan perlindungan terhadap lingkungan. Karakteristik komoditas Akar Wangi yang mudah dibudidayakan dan cepat menghasilkan keuntungan menjadi faktor penting yang menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap komoditas ini. Pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya memiliki peran penting dalam memberikan arah inovasi, melalui terciptanya ruang negosiasi dan ruang belajar antar pelaku yang memiliki nilai dan kepentingan yang berbeda. Ruang yang memungkinkan terjadinya interaksi, dimana didalamnya sirkulasi pengetahuan bergerak terus-menerus meningkatkan level pengetahuan setiap pelaku, menuju keberlanjutan inovasi dan keberlanjutan fungsi DAS dalam proses pembangunan masyarakat yang berdiam di bagian hulu, tengah dan hilir dari DAS Cimanuk.