Medan merupakan salah satu kota Industri yang ada di Indonesia. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari luas keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar yaitu sekitar dua juta penduduk. Beberapa daerah di Kota Medan diduga mengambil airtanah yang berlebihan, salah satunya Kawasan Industri Medan (KIM). KIM tercatat paling besar angkanya sebagai pengguna airtanah yakni 58% dan sisanya tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Utara. Pengambilan airtanah tersebut menyebabkan Kota Medan sangat berpotensi mengalami penurunan muka tanah (lost displacement), sehingga diperlukan penelitian untuk memantau penurunan muka tanah di wilayah tersebut. InSAR merupakan salah satu metode untuk memantaupenurunan muka tanah untuk wilayah luas. Metode ini membandingkan hasil fasa dan akuisisi citra satelit SAR pada area yang sama dengan waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, data SAR ALOS PALSAR 20 Oktober 2009, 23 Juli 2010, 7 September 2010, dan 23 Januari 2011 digunakan untuk pembentukan interferogram. Fasa topografi yang masih melekat pada interferogram dihilangkan dengan melakukan proses dual pass differential InSAR. Digital Elevation Model (DEM) SRTM 3’’ digunakan untuk reduksi fasa topografi. Hasil pengolahan data menunjukkan lost displacement memanjang tertinggi pada periode Oktober 2009 – Juli 2010 sebesar 7 cm, periode Oktober 2009 – Oktober 2010 sebesar 9 cm, dan periode September 2010 – Januari 2011 sebesar 3 cm. Penurunan muka tanah ini diduga akibat adanya pengeksploitasian airtanah yang berlebihan.