Salah satu komponen penting dalam sel bahan bakar metanol adalah membran polimer elektrolit.
Pada umumnya membran polimer elektrolit yang digunakan secara komersial hingga saat ini
adalah Nafion®. Harga yang mahal menjadi salah satu kelemahan Nafion® sehingga diperlukan
usaha untuk mendapatkan material lain sebagai pengganti. Salah satu material yang berpotensi
adalah nata de coco, suatu selulosa yang disintesis oleh bakteri. Dalam penelitian ini, nata de
coco disintesis dari air kelapa dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum dan dipanen sesudah
3, 6, dan 9 hari. Untuk meningkatkan konduktivitas proton, dilakukan modifikasi kimia terhadap
nata de coco dengan cara sulfonasi. Reaksi ini dilakukan dengan merendam membran dalam
larutan 1% (v/v) asam klorosulfonat dalam N,N-dimetilformamida (DMF) selama 4 jam pada
suhu 4oC dan dilanjutkan dengan bantuan gelombang mikro selama 40 detik pada berbagai daya
(240, 400, dan 560 W). Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis gugus fungsi sulfonat
dengan FTIR, penentuan kapasitas penukar ion (KPI), konduktivitas proton, derajat
penggembungan, sudut kontak, permeabilitas metanol, analisis morfologi membran dengan
Scanning Electron Microscope (SEM), serta analisa kuantitatif gugus sulfonat dengan Electron
Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). Hasil percobaan menunjukkan bahwa membran yang
paling optimal adalah membran yang disintesis selama 6 hari dan disulfonasi dengan daya
gelombang mikro 400 W. Membran yang dihasilkan mempunyai nilai KPI 2,056 mEq/g,
konduktivitas proton 2,16 x 10-2 S/cm pada suhu 80oC, derajat penggembungan 100% dan
permeabilitas metanol 2,36 x 10-4 cm2/s.