ABSTRAK
Menghadapi situasi bisnis di masa depan, manajemen PT Krakatau Steel (Tbk) termasuk
didalamnya pabrik besi spons (Direct Reducton Plant / DRP) berusaha meningkatkan produktivitas
karyawan dengan merampingkan organisasi, serta mengosongkan posisi yang ditinggalkan oleh
karyawan pensiun, akan tetapi di sisi lain ada kesenjangan generasi antara personil yang ada dan
karyawan baru. Aspek lain di DRP adalah peningkatan kapasitas pabrik dengan menerapkan Proses
Zero Reformer (ZR), pengurangan lahan bahan baku karena digunakan oleh proyek Blast Furnace
(BF) penurunan jumlah karyawan dan peningkatan kapasitas dapat menimbulkan kesulitan
operasional dan tidak optimal pada perawatan pabrik..
Untuk mencapai target produktivitas dan menghindari kesulitan dalam operasional dan perawatan,
ada dua pilihan, pertama. opsi: tanpa merubah struktur organisasi dan kontrak (do nothing),
menerapkan struktur organisasi baru yang menghilangkan dan menggabungkan beberapa posisi
pekerjaan, atau beroperasi tanpa outsourcing. Yang kedua adalah outsourcing, yakni: kontrak tenaga
kerja untuk operasi dan perawatan (Operation and Maintenance / O&M)., kontrak jasa perawatan,
kontrak perawatan penuh (termasuk suku cadang) dan Kontrak O&M Setiap opsi memiliki
keuntungan dan kerugian dan beberapa hambatan seperti biaya, risiko dan peraturan pemerintah..
Untuk memilih skema terbaik, digunakan proses AHP, dengan membandingkan setiap alternatif
dengan prediksi biaya dan faktor risiko.. Hasil dari pemilihan ini menghasilkan opsi Kontrak
Operasi & Perawatan penuh sebagai hasil tebaik. Untuk menerapkan opsi ini diperlukan persiapan
spserti peninjauan kembali kontrak yang berjalan serta melengkapi data peralatan dan sistem kerja
Kata kunci: peawatan, penanganan bahan baku, tidak optimal, outsourcing, risiko, AHP