Kawasan pinggiran merupakan kawasan yang dianggap strategis dalam upaya mengatasi perkembangan pusat kota yang lahannya semakin terbatas. Pusat kota sebagai pusat kegiatan dan aktivitas penduduk dirasa sudah tidak mampu menampung kebutuhan lahan sehingga pengembangan sektor ekonomi pun bergeser ke wilayah pinggiran kota. Salah satu kegiatan ekonomi yang berkembang di pinggiran kota yaitu kegiatan sub-sektor industri. Adanya perkembangan sektor industri di wilayah pinggiran kota dinilai akan memberikan dampak baik bagi pusat kota maupun pinggiran kota.
Kabupaten Bekasi sebagai wilayah peri-urban Kota Jakarta telah berkembang sebagai pusat kegiatan industri. Adanya perkembangan kegiatan industri di Kabupaten Bekasi telah mendorong banyaknya pekerja migran memasuki kabupaten tersebut. Hal tersebut didorong oleh adanya peluang kerja yang ditawarkan pada sub-sektor industri yang terdapat di wilayah peri-urban. Kegiatan industri yang berkembang ditandai dengan adanya desentralisasi produksi dengan diterapkannya hubungan produksi subkontrak antar perusahaan. Perubahan sistem produksi yang diterapkan pada perusahaan industri saat ini, membuat tenaga kerja yang bekerja dalam perusahaan industri menjalankan hubungan kerja kontrak. Kontrak kerja yang dijalankan oleh para pekerja migran tersebut akan menimbulkan suatu keraguan dalam diri para pekerja migran akibat ketidakpastian kerja yang sewaktu-waktu dapat dihentikan oleh pihak perusahaan. Dengan ketidakpastian hubungan kerja tersebut, keputusan pekerja migran untuk menetap di wilayah peri-urban pun akan menjadi suatu pertimbangan yang harus dipikirkan.
Studi ini pada dasarnya ingin mengidentifikasi pola migrasi pekerja kontrak di wilayah peri-urban. Terdapat dua sasaran yang ingin dicapai antara lain mengidentifikasi keputusan menetap pada pekerja migran kontrak di wilayah peri-urban dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menetap para pekerja migran kontrak di wilayah peri-urban. Identifikasi terhadap keputusan menetap dan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dianalisis dengan melihat keputusan yang diambil menggunakan ststistik deskriptif melalui perbandingan proporsi dan koefisien korelasi berbasis chi-square. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi keputusan menetap pekerja migran kontrak ini antara lain faktor internal dari karakteristik pekerja migran, faktor eksternal dari daerah asal, lokasi saat ini, dan daerah alternatif, serta pekerjaan yang mereka miliki saat ini.
Hasil analisis dari studi ini telah menemukan beberapa temuan. Temuan pertama yaitu mengenai karakteristik demografi pekerja migran kontrak yang mayoritas laki-laki dengan usia muda dan berstatus belum menikah. Temuan kedua, yaitu karakteristik ekonomi pekerja migran yaitu bekerja sebagai operator dengan penghasilan dan pengeluaran perbulan 1-2 juta rupiah. Temuan selanjutnya yaitu keputusan pekerja migran kontrak yaitu menetap di wilayah peri-urban Kabupaten Bekasi meskipun pola hubungan kerja yang dijalani yaitu kerja kontrak. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi dikemudian hari. Temuan terakhir yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menetap pekerja migran kontrak. Dari hasil analisis ditemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menetap pekerja migran kontrak terdiri dari empat faktor yaitu usia, status pernikahan, pengeluaran, dan peluang kerja di daerah asal.. Namun, selain faktor tersebut, penghasilan dan pekerjaan saat ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi keputusan menetap pekerja migran kontrak.