Ragam hias rumah tradisional Kudus berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kudus. Melihat letaknya Kudus termasuk dalam akar budaya Jawa pesisir yang mengandalkan sektor perdagangan sebagai penunjang
perekonomiannya, Akses untuk berhubungan dengan dunia luar mengakibatkan adanya kontak budaya. Kontak budaya melalui perdagangan membuka jalan terjadinya percampuran kebudayaan. Hubungan yang semula sekedar hubungan
perdagangan akhirnya berkembang menjadi hubungan yang saling mempengaruhi antar budaya masingmasing, terjadilah proses akulturasi budaya yang pada akhirnya ikut membentuk budaya Jawa Kudus. Akulturasi budaya ini tidak hanya terbatas pada nilainilai dan pengetahuan saja, tetapi juga berpengaruh kepada artefak budayanya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekaran kualitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan studi lapangan melalui survei langsung di lapangan dan wawancara. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data model interaktif yang terdiri dari beberapa tahap, antara lain: pengumpulan data, reduksi data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Ketiga tahap tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi pada proses analisa data hingga menemukan kesimpulan yang sesuai dengan rumusan permasalahan penelitian.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam hias yang diterapkan pada rumah tradisional Kudus merupakan percampuran dari budaya lokal dan berbagai pengaruh ragam hias yang datang ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sifat budaya Jawa yang sinkretistik. Masyarakat Kudus yang sebagian besar pemeluk Islam, ternyata masih menjalankan tradisi budaya lama sebelum Islam masuk,
yaitu animismedinamisme dan Hindu, Budha. Disamping itu, sifat masyarakat pesisir yang terbuka juga lebih cenderung untuk menerima budaya yang datang dari luar seperti budaya dari Cina dan Eropa. hal ini berimbas pada perwujudan ragam hiasnya. Berdasarkan bentuk ragam hias yang diterapkan, terdapat jenis ragam hias geometris, flora, fauna, dan makhluk khayalan. Penempatan ragam hiasnya terdapat pada bagian komponen kaki, badan dan kepala/atap bangunan dengan pola penyusunan ragam hias simetris. Selain untuk memenuhi fungsi estetik, ragam hiasnya juga bermakna simbolik yang berfungsi sebagai media rupa untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang
menjadi pedoman hidup masyarakat setempat.
Perpustakaan Digital ITB