Gas Metana Batubara (GMB) adalah salah satu energi alternatif yang dikembangkan di Indonesia untuk mengantisipasi kelangkaan energi di masa depan. Potensi cadangan GMB yang mencapai 453 TCF dan kegunaannya yang bisa dipakai bagi kebutuhan pembangkit listrik, industri, transportasi dan rumah tangga menjadikan
bisnis GMB ini prospektif. PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya Pertamina Hulu Energi (PHE) saat ini mengelola 4 wilayah GMB di Indonesia. Adanya
regulasi kontrak baru yang dikeluarkan oleh BP Migas yaitu Gross Production Sharing Contract (GPSC) sebagai alternatif dari Production Sharing Contract (PSC) membuat PHE selaku kontraktor GMB. perlu memperhitungkan secara keekonomian, dan resiko bisnisnya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa perhitungan secara keekonomian dan resiko bisnis GMB dengan sampel 1 lokasi yang dikelola PHE sehingga dapat memberikan rekomendasi pemilihan skema bisnis GMB terbaik untuk
dijadikan model bagi proyek-proyek GMB yang dikelola oleh PHE baik itu meninjau kontrak GMB sebelumnya maupun untuk rencana pembukaan wilayah GMB yang baru.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital budgeting, simulasi montecarlo, Value at Risk dan scenario analysis. Penghitungan difokuskan pada bagi hasil antara pemerintah dengan kontraktor sebesar 55:45 dan 60:40 terhadap PSC dan GPSC. Dari perhitungan skema bisnis ini didapatkan hasil akhir nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payout Time (POT), Profitability Index (PI), Cashflow, Contractor Take, dan Value at Risk (VAR) untuk keempat alternatif kontrak. Hasil akhir didapat bahwa PSC 55:45 dan
PSC 60:40 memiliki nilai keekonomian dan resiko lebih baik dibandingkan dengan GPSC 55:45 dan GPSC 60:40.