ABSTRAK.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 1 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 2 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 3 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 4 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 5 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Bab 6 Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Daftar Pustaka Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Lampiran Muhammad Abdurachma I 22007303.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Eksplorasi gas metana batubara atau CBM (Coalbed Methane) yang merupakan salah
satu energi alternatif, saat ini sedang didorong oleh pemerintah dalam menunjang
diversifikasi energi nasional. Karakterisitik batubara Indonesia yang berumur Tersier,
menjadikan eksplorasi gas metana batubara di Indonesia memiliki karakteristik
tersendiri. Salah satu karakteristik yang dapat diamati adalah rekahan batubara (cleat).
Analisis microcleat digunakan untuk melihat kenampakan maseral, mineral lain,
bukaan rekahan (aperture), dan spasi rekahan (spacing). Analisis microcleat juga
memberikan gambaran porositas dan permeabilitas, serta kandungan gas, berdasarkan
ciri fisik bukaan dan spasi rekahan batubara.
Metode penelitian yang digunakan meliputi tahap penelitian lapangan dan tahap
pengolahan data. Tahap penelitian lapangan digunakan untuk mendapatkan data
pemboran dan singkapan batuan. Data pemboran terdiri dari sampel batuan inti,
penampang sumur, dan data gas, sedangkan dari singkapan batuan terdiri dari data
rekahan batubara serta jurus dan kemiringan lapisan batuan. Tahap pengolahan data
digunakan untuk menganalisis microcleat, komposisi maseral, porositas,
permeabilitas, kapasitas serap gas, dan analisis struktur rekahan batubara.
Lokasi penelitian terletak di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat. Secara
geografis terletak di antara koordinat 0°36’00”-0°42’00” LS dan 100°45’00”-
100°48’00” BT. Daerah ini termasuk dalam Cekungan Ombilin, dengan tiga interval
batuan, yaitu Formasi Sawahlunto, Formasi Sawahtambang anggota Rasau, dan
Formasi Sawahtambang. Pemboran gas metana batubara mencapai kedalaman 451
meter, menembus Formasi Sawahlunto sebagai formasi pembawa batubara yang
diendapkan pada lingkungan delta. Terdapat lima lapisan batubara, yaitu lapisan
batubara A, B, C, D, dan E.
Nilai reflektansi vitrinit di daerah penelitian berkisar antara 0,66 – 0,80%, sedangkan
nilai kalori batubara berkisar antara 7434 – 7646 Cal/gr. Klasifikasi peringkat
batubara menurut standar Amerika ASTM termasuk dalam high volatile bituminus.
Kelompok maseral vitrinit merupakan kelompok maseral dominan, dengan persentase
lebih dari 90%.
Berdasarkan analisis microcleat terlihat bahwa bukaan sempit, tidak menerus, terisi
mineral, spasi yang jauh, dan rekahan yang sedikit, akan memberikan nilai
permeabilitas yang buruk. Sebaliknya, bukaan yang lebar, menerus, tidak terisi
mineral, spasi yang dekat, dan rekahan yang banyak, akan memberikan nilai
permeabilitas yang baik. Analisis microcleat memberikan gambaran bahwa semakin
dalam batubara, rekahan batubara akan semakin sempit, sehingga permeabilitas akan
semakin buruk. Porositas yang besar didapat dari diameter pori yang besar, bukaan
yang lebar, dan spasi rekahan yang dekat.
Analisis microcleat membuktikan bahwa permeabilitas tidak terlalu banyak
mempengaruhi kandungan gas. Akan tetapi microcleat yang secara fisik
memperlihatkan bukaan lebar, menerus, dan tidak terisi mineral akan memberikan
kandungan gas yang baik. Kandungan gas juga akan baik bila bukaan sempit tetapi
jumlah rekahan banyak dan spasi rekahan dekat. Bukaan yang lebar tetapi hanya
setempat-setempat dan tidak menerus, akan cenderung memiliki kandungan gas yang
buruk.
Arah bidang rekahan utama batubara (face cleat) pada daerah penelitian adalah
baratlaut – tenggara dan utara – selatan. Arah rekahan utama batubara dapat
digunakan untuk optimalisasi pemboran dan menentukan arah pemboran horizontal.
Arah yang terbaik adalah tegak lurus arah face cleat.