Abu vulkanik merupakan produk erupsi gunungapi yang mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi di sebuah negara. Dampak global dari abu vulkanik adalah gangguan iklim akibat tinggi kolom erupsi dan luas sebarannya. Sifat abu vulkanik yang abrasif dan korosif dapat mengganggu sifat tanah dan persediaan air, mempengaruhi kesehatan, merusak sistem kelistrikan dan komunikasi, merusak infrastruktur dan bangunan, gagal panen, kelaparan hingga menyebabkan kematian. Dampak lain berupa gangguan terhadap transportasi khususnya penerbangan baik domestik maupun lintas negara.
Berbagai upaya mitigasi telah dilakukan untuk mengurangi jumlah korban dan kerusakan lingkungan akibat bencana erupsi, khususnya bahaya abu vulkanik. Salah satu upaya tersebut adalah dengan membuat Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunungapi. Informasi sebaran bahaya abu vulkanik pada Peta KRB masih menunjukan sebaran yang merata dengan radius tertentu. Model Probabilistik merupakan pendekatan terbaru dalam penentuan sebaran berdasarkan skenario. Desain skenario menggunakan skenario terburuk berdasarkan sejarah erupsi G. Papandayan 2002. Model yang dihasilkan lebih terukur dan akurat serta dapat membantu dalam penyempurnaan KRB, sehingga rekomendasi terhadap ancaman suatu daerah dapat dipahami dalam upaya mitigasi.
Data pemodelan adalah karasteristik fisik abu vulkanik yang tercermin dalam pengamatan tephra di lapangan dan didukung uji laboratorium. Pengaruh kondisi angin (arah dan kecepatan angin, tekanan serta suhu tiap lapisan atmosfer) juga diperlukan dalam pemodelan. Model probabilistik ini menggunakan 13.140 skenario selama sembilan tahun kondisi angin.
Hasil pemodelan berupa Peta Probabilistik Pembebanan Abu Vulkanik Papandayan, didukung Peta Isochrone dan Peta Ancaman Abu Vulkanik terhadap Penggunaan Lahan di sekitar G. Papandayan. Hasil ini diharapkan menunjang upaya mitigasi bahaya abu vulkanik dan mendukung program pemerintah terkait pengurangan bencana di Indonesia.