Kondisi laut di Indonesia saat ini terancam akan adanya sampah laut dan polutan
akibat aktivitas manusia. Akibatnya ekosistem di pesisir seperti mangrove yang
memiliki banyak manfaat menjadi terancam. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis persebaran sampah spasial laut dan membandingkan pola
kelimpahannya dengan parameter kualitas air laut di sekitar ekosistem mangrove
pesisir Kabupaten Brebes. Sampah spasial laut yang diteliti berupa sampah
berukuran makro dan meso dan sampel air laut dilakukan pengukuran secara
langsung untuk mendapatkan nilai parameter fisis serta uji laboratorium untuk
melihat kandungan nutrien. Ada 4 titik pengambilan sampel dengan kondisi
berbeda yaitu konservasi mangrove, muara sungai, pantai tak terjamah, dan pantai
wisata. Penelitian ini dilakukan selama 3 musim yakni musim peralihan II
(November), musim barat (Februari), terakhir musim peralihan I (Mei). Sampel air
laut yang diambil akan diawetkan dengan H2SO4 dan seminggu kemudian
dilakukan pengujian nutrien di Laboratorium MTCRC. Sampel sampah laut akan
diolah sesuai dengan Pedoman Pemantauan Sampah Laut oleh KLHK tahun 2020.
Hasilnya jenis sampah yang dominan adalah sampah plastik (PL) dengan persentase
38 – 80% di semua titik dan setiap musim. Sampah tertinggi mencapai 173 buah di
kawasan pantai tak terjamah. 3 lokasi pengambilan sampel memiliki fluktuasi yang
berbeda-beda. Sampah di area pantai wisata, konservasi mangrove, dan muara
sungai dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata. Sampah jenis makro lebih dominan
dibandingkan meso dengan berat/m2 mencapai 164,84 g/m2. Parameter oseanografi
tidak terlalu berpengaruh pada kelimpahan sampah dikarenakan sumber sampah
dominan dari aktivitas manusia. Lalu, kualitas air laut baik parameter fisik dan
nutrien dengan menggunakan indeks pencemaran dari Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, semua titik dalam 3 musim tergolong ke
dalam tercemar ringan, dengan rentang nilai 1,159 – 5,006. Analisis keterkaitan
spasial menunjukkan bahwa fluktuasi kelimpahan sampah dan Indeks Pencemaran
memiliki pola yang bervariasi di setiap titik dan musim. Disimpulkan bahwa
kelimpahan makro dan mesoplastik tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk
menentukan indeks pencemaran suatu perairan.
Perpustakaan Digital ITB