Perpustakaan Digital ITB

Program lisensi peralatan bergerak menjadi sangat penting bagi PT Freeposrt Indonesia untuk memastikan ketersediaan operator yang telah dinyatakan kompeten untuk setiap jenis peralatan bergerak yang harus dioperasikan. Tidak tersedianya operator berlisensi dapat menyebabkan terhentinya proses produksi mengingat proses bisnis utama PT Freeport Indonesia harus menggunakan peralatan bergerak Implementasi program lisensi peralatan bergerak yang baik mutlak diperlukan untuk memastikan proses produksi yang efektif dan efisien. Divisi Underground Mine dan Surface Mine telah kehilangan banyak operator peralatan bergerak berlisensi terkait ketidakstabilan kondisi perusahaan saat ini. Untuk memastikan, kedua divisi tersebut memiliki jumlah operator berlisensi yang cukup, di tahun 2017, departemen TDA harus menfasilitasi penerbitan lisensi baru dalam jumlah yang besar. Sayangnya, kondisi PTFI saat ini juga menyebabkan departemen TDA kehilangan banyak instruktur peralatan bergerak. Jika kondisi ini dibiarkan, PT Freeport Indonesia akan berpotensi mengalami kerugian sebesar $1,756,981.09 per hari atau setara dengan $641,298,096.84 dalam setahun. Perencanaan yang benar harus diterapkan untuk memitigasi risiko tersebut. Proyek akhir ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan departemen TDA dalam mencapai jam pelatihan yang ditargetkkan di tahun 2017 dan mengidentifikasi peluang perbaikan dalam proses pelaksaan lisensi peralatan bergerak. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif akan digunakan dalam proyek akhir ini. Diskusi Kelompok Terpadu dilakukan dalam proses analisa akar masalah. Untuk menyelesaikan masalah yang diidentifikasi, terdapat tiga alternatif solusi bisnis yang diberikan: Sentralisasi pelaksanaan off the job training, pelaksanaan off the job training berdasarkan sub group dan program peningkatan sistem program Penyegaran. Proses Analisa Hirarki digunakan untuk menentukan prioritas dari setiap solusi bisnis. Berdasarkan Proses Analisa Hirarki diketahui bahwa alternatif solusi terbaik adalah Sentralisasi pelaksanaan off the job training.