digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nadhira Qinthara Mazzaya R.
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Stunting masih menjadi salah satu masalah utama di Indonesia dengan nilai prevalensi nasional mencapai 19,8% pada tahun 2024. Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah bayi stunting tertinggi, yaitu sekitar 638.000 bayi. Stunting adalah kondisi terhambatnya tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kelahiran sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota usus atau disbiosis. Senyawa antibiotik telah lama digunakan sebagai terapi pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri, tetapi penggunaan berlebihan telah memicu resistensi, sehingga dieksplorasi senyawa alternatif lain dengan resiko toksisitas rendah, yaitu bakteriosin. Bakteriosin adalah senyawa antimikroba jenis peptida yang umumnya diproduksi oleh bakteri Gram-positif, terutama bakteri asam laktat, yang dapat berperan dalam menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menentukan kelimpahan bakteri golongan asam laktat (BAL) dari sampel fekal bayi dengan prevalensi stunting dan bayi non-stunting (berusia kurang dari 12 bulan), (2) menentukan isolat bakteri Gram-positif yang berpotensi menghasilkan senyawa bakteriosin dari sampel fekal bayi, (3) menentukan profil pertumbuhan bakteri Gram-positif penghasil senyawa bakteriosin dan profil produksi bakteriosin yang dihasilkan. Sampel diambil dari fekal bayi berusia kurang dari 12 bulan, baik yang mengalami stunting maupun non-stunting, di Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Isolasi sampel menggunakan media selektif berupa Pantothenate Lactose Agar (PTTL) dan deMan, Rogosa, Sharpe Lactose Agar (MRSL) yang diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24–48 jam. Isolat Gram-positif potensial diseleksi dengan metode pewarnaan Gram dan endospora. Bakteriosin diekstraksi dengan metode presipitasi menggunakan amonium sulfat. Skrining aktivitas antimikroba dilakukan dengan uji Kirby-Bauer pada media uji aktivitas antibiotik Mueller-Hinton Agar (MHA) terhadap bakteri uji Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Bacillus subtilis berkonsentrasi ±108 CFU/mL. Kurva pertumbuhan dan kurva produksi bakteriosin dari isolat kandidat terpilih dipanen setiap 3 jam sekali selama 24 jam dalam media MRSL pada kondisi suhu 37ºC, tanpa agitasi, dan konsentrasi sel awal ±10? CFU/mL. Profil produksi bakteriosin diamati secara semi-kualitatif berdasarkan aktivitas bakteriosin dari setiap waktu panen kultur terpilih terhadap bakteri uji dengan metode Kirby-Bauer. Berdasarkan hasil penelitian, kelimpahan bakteri asam laktat yang dihasilkan dari isolasi kedua medium selektif pada sampel stunting 8,54 log CFU/g dan sampel bayi non-stunting 8,67 log CFU/g. Dari 53 isolat hasil isolasi, 8 isolat dengan karakteristik mikroskopis Gram-positif, berbentuk basil, dan non-endospora dipilih. Berdasarkan hasil skrining aktivitas bakteriosin diperoleh dua isolat dengan kemampuan penghambatan stabil dan tertinggi, yaitu OBI 19 (10,85 mm) dan OBI 20 (10,5 mm). Berdasarkan kurva pertumbuhan, kedua isolat berada pada fase log selama 21 jam dengan masing-masing laju pertumbuhan 0,35/jam dan 0,36/jam. Kurva produksi kedua kandidat isolat menunjukkan aktivitas zona bening yang kuat terhadap E. coli dan S. aureus, lemah terhadap P. aeruginosa, serta tidak menunjukkan aktivitas zona bening terhadap B. subtilis. Bakteriosin dari kedua isolat tersebut dominan dihasilkan selama fase logaritmik mulai dari jam ke-6 hingga jam ke-24 dengan nilai tertinggi 9,5 mm dan 9 mm terhadap bakteri uji S. aureus. Hasil ini menunjukkan bahwa bakteriosin dari isolat OBI 19 dan OBI 20 berpotensi menjadi agen antimikroba untuk mendukung keseimbangan mikrobiota usus pada bayi stunting.