Red mud adalah residu proses pengolahan bauksit menjadi alumina. Sifat red mud
yang basa, dengan kisaran pH 9-12, mengklasifikasikannya sebagai limbah
berbahaya. Selain itu, volume yang signifikan yang dihasilkan selama proses
pengolahan bauksit membuat red mud perlu ditangani secara hati-hati. Red mud
mengandung unsur-unsur berharga seperti besi, aluminium, titanium, silika, dan
elemen tanah jarang, dengan besi sebagai komponen utama dengan kandungan
lebih dari 30%. Terlepas dari potensinya, pemanfaatan besi dalam red mud masih
terbatas dan dianggap tidak ekonomis untuk pengolahan skala besar. Bioflokulasi
selektif diusulkan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis
untuk pemanfaatan besi dari red mud. Metode ini menggunakan bakteri dan
metabolitnya untuk melekat pada mineral tertentu, dalam hal ini besi, sehingga
kadar besi dalam flok meningkat. Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan
bahwa selektivitas pemisahan besi dan pengotor dapat meningkat jika pH red mud
dinetralkan sebelum proses bioflokulasi selektif. Namun, jumlah besar asam yang
diperlukan untuk netralisasi membuat proses ini tidak ekonomis.
Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa bakteri agar dapat digunakan baik
sebagai bioflokulan maupun pH regulator dalam proses pemisahan besi dari red
mud. Pendekatan ini memiliki potensi untuk mengurangi biaya yang terkait dengan
reagen lain, sehingga menciptakan proses yang lebih ramah lingkungan dan
ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan flok yang
mengandung 60% besi, dengan nilai perolehan proses sekitar 60-80%. Serangkaian
percobaan dilakukan untuk mencapai tujuan ini, dimulai dengan karakterisasi
umpan, diikuti dengan empat tahap pengujian bioflokulasi selektif, yang berpuncak
pada studi skala besar yang menggunakan proses berkelanjutan. Pengujian
bioflokulasi selektif menggunakan metode uji pengendapan, dengan produk akhir
berupa flok dan hasil akhir berupa supernatant. Karakterisasi bakteri dilakukan
pada setiap tahap untuk mengevaluasi kemampuan pertumbuhan bakteri hasil
rekayasa dalam kondisi yang tidak ideal dan pengaruhnya terhadap proses
bioflokulasi selektif.
Hasil optimal dari penelitian ini adalah flok dengan kadar besi 60,58 ± 1,36% dan
perolehan proses sebesar 96%. Hasil tersebut dicapai menggunakan bioreagen dari
kultur Bacillus nitratireducens strain SKC/L-2 pada pH awal 3 serta beberapa
kondisi uji lainnya. Meskipun kadar besi tersebut telah memenuhi kriteria umpan
untuk proses peleburan (smelting) di industri baja, kadar unsur pengotornya masih
tergolong tinggi, sehingga optimasi lebih lanjut diperlukan. Sementara itu, studi
bioflokulasi selektif pada skala yang lebih besar dengan proses kontinu
menghasilkan flok berkandungan besi 56,91% dan perolehan 21,98%. Walaupun
hasil dari proses berskala besar ini belum memenuhi kriteria umpan industri baja,
temuan tersebut menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk pengolahan besi
dari lumpur merah dalam skala industri. Penemuan ini sangat penting untuk
memajukan tata kelola pengolahan sirkular dan zero wase bauksit menjadi alumina.
Perpustakaan Digital ITB