digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

BAB 2 Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

BAB 3 Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

BAB 4 Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

BAB 5 Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

PUSTAKA Muhammad Daffa Alfarisi
EMBARGO  2030-12-31 

Red mud adalah residu yang dihasilkan melalui proses bayer pengolahan bijih bauksit menjadi alumina. Red mud memiliki kandungan logam berharga seperti Fe, Al, Ti serta logam tanah jarang (REE) seperti Sc, Y, La, Ce, dan Pr yang menyebabkan limbah ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Umumnya, ekstraksi logam dari limbah red mud dilakukan melalui jalur hidrometalurgi namun terdapat metode alternatif baru untuk ekstraksi logam dari red mud yaitu biohidrometalurgi. Biohidrometalurgi merupakan metode yamg ramah lingkungan, memerlukan energi yang sedikit, serta dapat mengekstraksi logam dengan konsentrasi rendah. Pada penelitian ini juga dilakukan pre-treatment bioflokulasi pada sampel red mud awal kemudian dilakukan proses ekstraksi logam dari red mud menggunakan metode bioleaching dengan bakteri Bacillus aryabhattai Strain SKC-5 sebagai agen pelindi. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mengoptimalkan percobaan bioleaching dengan mempelajari adanya pengaruh perlakuan awal bioflokulasi, pengaruh variasi pulp density, waktu, serta umpan terhadap persen ekstraksi REE. Perlakuan awal bioflokulasi dilakukan dengan kondisi pH slurry 7 dan waktu pengendapan 5- 8 menit dengan menggunakan bakteri Bacillus nitratireducens strain SKC/L-2. Proses bioleaching dilakukan pada suhu ruang (± 25 oC), pH medium 1, ukuran partikel red mud 200# (74?m), 10% (v/v) inoculum bakteri dan kecepatan rotary shaker 183rpm selama 14 hari. Percobaan bioleaching dilakukan dengan variasi pulp density 2% dan 5%, variasi waktu 14 dan 21 hari, serta variasi umpan red mud kering, endapan slurry red mud hasil bioflokulasi, dan endapan supernatant red mud hasil bioflokulasi. Persen ekstraksi REE sebagai fungsi waktu pada seluruh kondisi bioleaching secara periodic ditentukan dengan analisis ICP-MS (inductively coupled plasma-mass spectrometery). Berdasarkan hasil percobaan, Pre-treatment bioflokulasi pada red mud menghasilkan persen ekstraksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan red mud tanpa bioflokulasi. Nilai persen ekstraksi mencapai 61,71% REE. Pulp density yang semakin tinggi akan menyebabkan lingkungan lebih toksik dan menurunkan kemampuan ekstraksi bakteri. Waktu bioleaching yang terlalu lama juga dapat menghambat proses ekstraksi karena lingkungan yang berubah dan fase hidup bakteri yang telah mencapai fase kematian. Umpan yang berbeda dapat berpengaruh karena kandungan logam yang berbeda serta adanya senyawa penghambat yang terdapat di dalam red mud seperti natrium hidroksida dan natrium karbonat sehingga dapat menghambat ekstraksi REE. Parameter proses terbaik bioleaching adalah pada variasi 2% pulp density dengan umpan endapan slurry red mud hasil bioflokulasi dengan waktu bioleaching 14 hari. Nilai persen ekstraksi REE pada parameter tersebut yaitu 92,15% Ce; 89,37% La; 86,72% Er; 85,08% Y; 84,99% Ho; 83,24% Eu; 80,28% Yb; 79,71% Pr; 77,21% Nd; 75,37% Gd; 74,75% Dy; 74,75% Tb; 73,46% Sm; 70,92% Tm; 59,75% Lu; dan 41,57% Sc.