Pada tahun 2020-2024, di Kabupaten Garut tercatat 26 kasus bencana longsor dari
total 52 kasus bencana secara keseluruhan. Berdasarkan Peta Prakiraan Gerakan
Tanah Provinsi Jawa Barat, >50% area di Kabupaten Garut tergolong kerentanan
menengah – tinggi. Namun, peta ini didasari dari karakteristik regional saja dengan
penyusunannya menggunakan metode heuristik. Selain itu, metode deterministik
pun mulai diterapkan oleh para peneliti dalam perkembangan asesmen bahaya
longsor di Indonesia. Namun, metode ini memiliki keterbatasan, yakni
ketergantungannya terhadap kualitas data spasial serta ketidakmampuannya dalam
merepresentasikan variabilitas karakteristik tanah. Oleh karena itu, dalam analisis
berskala regional, integrasi variasi karakteristik tanah dengan pemodelan spasial
menjadi penting untuk meningkatkan keandalan hasil evaluasi. Penelitian ini
bertujuan untuk evaluasi kerentanan longsor dengan metode kuantitatif serta
pemodelan spasial dengan metode geostatistik dan machine learning untuk
mendapatkan akurasi spasial yang lebih baik. Studi kasus di Kabupaten Garut, Jawa
Barat. Karakteristik tanah daerah penelitian diperoleh dari data uji laboratorium
tahun 2017, yang terdiri dari 100 sampel tanah tidak terganggu. Sampel ini
mewakili karakteristik tanah dekat permukaan, memberikan informasi tentang sifat
dasar tanah dan memungkinkan estimasi parameter kuat geser tanah melalui
korelasi empiris. Variabilitas spasial dimodelkan menggunakan teknik geostatistik
dan machine learning. Metode SLIDE (Slope Infiltrationn Distributed Equilibrum)
digunakan untuk memodelkan stabilitas tanah permukaan dengan pengaruh
infiltrasi hujan. Hasil dari penelitian ini adalah peta kerentanan terhadap longsor
yang digambarkan oleh nilai faktor keamanan. Studi ini menunjukkan kemanjuran
teknik geostatistik dan machine learning dalam memodelkan variabilitas spasial
karakteristik tanah secara sistematis untuk memungkinkan analisis stabilitas lereng
secara deterministik.
Perpustakaan Digital ITB