Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Sayurbox Hub Lembang menghadapi tantangan manajemen inventori untuk produk mudah rusak
dalam melayani customer B2B yang menyumbang 60% total pendapatan. Kesenjangan waktu
antara penerimaan purchase order final dan jadwal pengiriman memaksa pembelian last minute
harian, mengakibatkan kerugian finansial 10-20% dari profit penjualan akibat waste dan reject
tinggi. Ketidakpastian waktu tenggat dari supplier yang tidak selalu dapat mengirimkan pesanan
secara penuh menyebabkan gangguan kontinuitas pasokan dan memperburuk pembelian last
minute, sementara kebijakan inventori saat ini hanya digunakan untuk menyimpan sisa PO,
bukan sebagai safety stock untuk kebutuhan mendadak, walaupun sudah menerapkan strategi
FEFO (First-Expired-First-Out).
Penelitian ini menggunakan adaptasi model two-stage stochastic mixed-integer linear
programming (MILP) dengan mengembangkan kebijakan inventori (s,S) yang menentukan
reorder point dan order up to level optimal, serta mempertahankan strategi FEFO untuk produk
perishable. Ketidakpastian supplier dimodelkan probabilistik menggunakan distribusi Bernoulli
berdasarkan data historis reliabilitas pengiriman penuh, sedangkan skenario permintaan dibentuk
melalui klasifikasi statistik yang tervalidasi sesuai karakteristik data Sayurbox tanpa pola
temporal. Pendekatan solusi mengombinasikan Optimasi Grid Search dan Simulasi Monte Carlo
untuk evaluasi sistematis setiap kombinasi kebijakan dalam kondisi ketidakpastian waktu tenggat.
Implementasi kebijakan inventori (s,S) dengan strategi FEFO berhasil mempertahankan service
level di atas 98,7% untuk semua produk meskipun turun dari kondisi eksisting 100%, dengan
pencapaian tertinggi Sawi Putih (100%), Tomat Merah (99,9%), dan Timun (99,3%). Waste rate
mengalami penurunan signifikan pada 5 dari 8 produk: Kol Putih menurun 92% (3,9% menjadi
0,3%), Selada Iceberg menurun 87% (8,3% menjadi 1,1%), Sawi Putih menurun 76% (9,6%
menjadi 2,3%), Tomat Merah menurun 58% (3,1% menjadi 1,3%), dan Timun menurun 44%
(3,2% menjadi 1,8%). Dampak finansial menunjukkan tujuh produk menghasilkan penghematan
total Rp 508,8 juta per tahun, dengan kontribusi terbesar Sawi Putih (Rp 200,7 juta) dan Tomat
Merah (Rp 147,5 juta), namun Selada Iceberg mengalami peningkatan biaya Rp 31,9 juta karena
holding cost tinggi.
Perpustakaan Digital ITB