digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Zabrina Ramadhani Aristawati
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Urbanisasi yang berlangsung secara masif masih menjadi tantangan serius bagi wilayah-wilayah metropolitan, salah satunya terkait pengelolaan tata ruang yang responsif terhadap dinamika perubahan spasial. Kawasan Metropolitan Bandung Raya sebagai pusat kegiatan nasional dan pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan wilayah yang pesat, menciptakan kompleksitas spasial dan heterogenitas kawasan yang tinggi. Pemetaan urban–rural fringe yang mendelineasikan batas wilayah di luar batas-batas administratif menuntut adanya pengembangan metode dan pendekatan baru yang mampu merepresentasikan dinamika spasial secara lebih adaptif terhadap perubahan karakteristik kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zonasi, karakteristik, serta transformasi spasio-temporal wilayah peralihan kota-desa (urban-rural fringe) melalui pemetaan wilayah menggunakan pendekatan Spatial Clustering K-Means di Kawasan Metropolitan Bandung Raya. Analisis difokuskan pada tiga variabel utama, yaitu proporsi lahan terbangun, kepadatan penduduk, dan intensitas cahaya malam, yang dikompilasi dalam grid spasial berukuran 500 x 500 m dengan cakupan analisis spasio-temporal selama periode sepuluh tahun (2015-2024). Hasil penelitian menunjukkan pola konsentris pada zona fringe yang terdistribusi mengelilingi kawasan pusat kota (urban core) serta koridor-koridor utama di wilayah metropolitan. Transformasi wilayah dari rural menuju fringe dan selanjutnya ke urban berlangsung secara bertahap, dengan ekspansi kawasan fringe paling intens terjadi pada periode 2015-2019, dan cenderung melambat pada 2019- 2024. Penelitian ini menghadirkan kebaruan dalam pemetaan wilayah urban-rural fringe dengan integrasi metode penginderaan jauh dan spatial clustering yang sebelumnya masih sangat terbatas dalam kajian spasial di Indonesia. Pemetaan urban-rural fringe yang dihasilkan dapat menjadi dasar informasi geospasial yang penting bagi pertimbangan dalam perumusan kebijakan tata ruang sebagai upaya untuk mengendalikan dan menekan urban sprawl serta mengoptimalkan distribusi pembangunan di seluruh Kawasan Metropolitan Bandung Raya.