digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Urbanisasi dan aktivitas antropogenik di CAT Jakarta Utara meningkatkan tekanan pada kualitas air tanah. Penelitian ini mengevaluasi karakteristik hidrogeokimia akuifer tertekan dan bebas di wilayah tersebut berdasarkan 282 sampel yang dikumpulkan selama musim kemarau tahun 2021–2023. Metode yang digunakan meliputi PCA, AHC, GWQI, interpolasi spasial (IDW), dan diagram Chadha. Hasil menunjukkan pencemar dominan meliputi Pb, Fe, Zn, Mn, dan amonium, dengan konsentrasi ekstrem pada A.P.II.28 dan anomali logam tinggi pada B.P.II.03 meskipun TDS dan ion utama rendah. Diagram Chadha menunjukkan bahwa pada akuifer bebas, tipe Ca-Mg-HCO? meningkat dari 20 (2021) menjadi 24 sampel (2023), sedangkan tipe Na-HCO? menurun. Sebaliknya, pada akuifer tertekan, tipe Na-HCO? meningkat dari 19 menjadi 28 sampel, menandakan akumulasi kontaminan. Pola PCA dari 2021–2023 menunjukkan bahwa akuifer tertekan mengalami transisi dari pencemaran yang terpisah ke struktur yang lebih sederhana namun tersebar luas. Akuifer bebas berubah dari sistem terpisah (2021), ke campuran sederhana (2022), lalu kembali kompleks (2023), menunjukkan dinamika pengaruh permukaan dan mineralisasi lalu hasil AHC menghasilkan koefisien korelasi kofenetik (CCC) sebesar 0,97 (average linkage), menunjukkan konsistensi struktur klaster. GWQI menunjukkan perbedaan tren kualitas: akuifer bebas membaik dari 23% menjadi 37,5% kategori “excellent” dan penurunan “unsuitable” dari 16,67% menjadi 0% (2021–2023). Sementara itu, akuifer tertekan menurun dari 50% menjadi 23,91% kategori “excellent”, dengan “unsuitable” tetap tinggi (4–6%). Temuan ini menegaskan bahwa akuifer bebas lebih responsif terhadap perbaikan kualitas, sedangkan akuifer tertekan lebih lambat pulih akibat karakteristik sistemnya. Secara spasial, kontaminasi lebih tinggi pada akuifer tertekan (tertekan), yang didominasi salinitas dan logam berat, sedangkan akuifer bebas (bebas) dipengaruhi proses alami dan input permukaan. Secara temporal, kualitas akuifer bebas menunjukkan tren membaik, sedangkan akuifer tertekan cenderung menurun, mencerminkan perbedaan respons sistem akuifer terhadap pencemaran akibat keterbukaan dan laju isi ulang. Temuan ini menegaskan pentingnya integrasi analisis spasial dan multivariat dalam memahami dinamika kualitas air tanah di wilayah urban pesisir yang kompleks.