Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan fly ash kelas F
produksi PT. Bukit Asam Tbk. sebagai filler dalam campuran asphalt concrete
wearing course (AC-WC) menggunakan bitumen PEN 60/70. Material yang
digunakan dalam penelitian ini, seperti agregat kasar, agregat halus, fly ash, semen
filler, dan aspal, telah melalui serangkaian pengujian sesuai dengan Spesifikasi
Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 untuk memastikan kualitas dan
konsistensi parameter campuran. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
dilakukan menggunakan metode uji Marshall dengan nilai KAO 5,7%, yang
dikunci untuk menjaga konsistensi pengujian dan memungkinkan evaluasi
pengaruh fly ash secara objektif. Variasi substitusi fly ash terhadap filler semen
yang diuji mencakup 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Fly ash memiliki persentase partikel yang lolos pada ayakan nomor 200 sebesar
93,7%, lebih tinggi 4,24% dibanding semen (89,93%), yang mengindikasikan fly
ash lebih efisien dalam mengisi rongga antar agregat sehingga berkontribusi
terhadap peningkatan kepadatan dan kekakuan campuran. Namun, untuk partikel
superfine (lolos ayakan nomor 325), semen memiliki persentase lebih tinggi
(83,98%) dibanding fly ash (76,3%), yang berperan penting dalam meningkatkan
daya lekat aspal terhadap agregat sehingga meningkatkan kekuatan tarik dan
ketahanan terhadap kelembapan. Berat jenis fly ash lebih rendah (2,92 g/cm³)
dibanding semen (3,15 g/cm³), menunjukkan bahwa fly ash memiliki lebih banyak
partikel ukuran sedang dengan volume lebih besar per massa, meskipun lebih
sedikit partikel superfine.
Untuk mengevaluasi pengaruh penggantian filler semen dengan fly ash dalam
campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), dilakukan pengujian
lanjutan yang bertujuan untuk mengukur dampak fly ash terhadap beberapa
parameter penting, yaitu stabilitas, kekakuan, modulus resilien, dan deformasi
permanen, serta ketahanan terhadap kelembapan.
Hasil pengujian menunjukkan fly ash memberikan pengaruh signifikan terhadap
kepadatan, kekakuan, dan ketahanan deformasi permanen campuran aspal.
Kepadatan campuran meningkat jelas pada kadar substitusi 25%-50%, dengan
stabilitas Marshall tertinggi pada 25% fly ash sebesar 1.309 kg (naik 11,5% dari
campuran tanpa fly ash 1.174 kg), dan Marshall Quotient (MQ) maksimum pada
50% fly ash sebesar 484 kg/mm (kenaikan 51,7% dari 319 kg/mm tanpa fly ash).
Flow menurun dari 3,7 mm menjadi 2,7 mm pada substitusi 50% fly ash (penurunan
27%), menunjukkan peningkatan kekakuan dan resistensi deformasi plastis, namun
substitusi di atas 50% menunjukkan penurunan fleksibilitas yang dapat mengurangi
ketahanan keretakan.
Modulus Resilien meningkat signifikan pada berbagai kondisi suhu, yaitu pada
suhu 25°C naik 52% pada substitusi fly ash 50% dan 65% pada substitusi fly ash
100%, pada suhu 45°C naik hingga 137,8%, serta pada suhu 50°C dengan
perendaman selama 24 jam naik sebesar 74,6%.
Pengujian menggunakan Wheel Tracking Machine (WTM) menunjukkan performa
terbaik pada kadar 50% fly ash, dengan deformasi awal terendah terjadi pada
substitusi fly ash 75% dan laju deformasi paling rendah pada substitusi fly ash 50%.
Stabilitas dinamis tertinggi juga dicapai pada substitusi fly ash 50%, yaitu sebesar
1.615 lintasan/mm, meningkat 38,4% dibandingkan tanpa fly ash.
Ketahanan kelembapan mengalami sedikit penurunan pada substitusi fly ash 50%-
75%, namun masih memenuhi standar yang berlaku, dan kembali meningkat pada
substitusi fly ash 100%. Nilai Tensile Strength Ratio (TSR) menunjukkan
peningkatan sebesar 9,7% pada substitusi fly ash 25%, tetapi menurun 3,1% pada
substitusi fly ash 100%, yang dipengaruhi oleh rendahnya kandungan partikel
superfine pada kadar substitusi tinggi. Indirect Tensile Strength (ITS) kondisi
kering meningkat sebesar 38,4% pada kadar substitusi fly ash 50%, sementara ITS
kondisi basah menurun 3,1% pada substitusi fly ash di atas 75%.
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, penggunaan fly ash
sebagai filler dalam campuran aspal AC-WC menunjukkan peningkatan yang jelas
pada stabilitas, kekakuan, dan ketahanan terhadap deformasi permanen, tanpa
penurunan signifikan pada ketahanan kelembapan, meskipun pada berbagai kadar
substitusi fly ash yang digunakan. Penggantian filler semen dengan fly ash pada
kadar 50% memberikan kinerja terbaik pada beberapa parameter, namun,
penggantian penuh hingga 100% dengan fly ash juga menunjukkan hasil yang
hampir setara. Oleh karena itu, fly ash dapat menjadi alternatif yang lebih efektif
dibandingkan semen, dengan pertimbangan kinerja campuran yang optimal dan
potensi penggunaan bahan limbah industri.
Perpustakaan Digital ITB